Nationalgeographic.co.id – Ada banyak tantangan yang harus dihadapi jika ingin mengirim manusia ke Mars. Baik dari roket, astronaut, maupun planet itu sendiri.
Data terbaru dari pesawat luar angkasa yang bekerja di sekitar Mars membuktikan betapa bahayanya perjalanan ke Planet Merah jika diukur dari jumlah radiasi yang akan diterima astronaut.
Radiasi kosmik terbentuk dari partikel-partikel kecil yang bergerak sangat cepat -- hampir menyerupai kecepatan cahaya – yang sulit untuk ditangani oleh tubuh manusia.
Baca Juga : Robot Penjelajah Sampai di Asteroid, Ini Gambar Pertama yang Diambil
Radiasi tersebut sebenarnya bergerak melintasi semua ruang, tetapi atmosfer Bumi melindungi kita dari dampak buruknya. Ini berarti semakin jauh Anda meninggalkan permukaan Bumi, maka semakin banyak radiasi kosmik yang diserap tubuh.
“Dosis radiasi yang dikumpulkan oleh astronaut di ruang antarplanet, beberapa ratus kali lebih besar dibanding yang diserap manusia di Bumi dan para kosmonaut di Stasiun Luar Angkasa Internasional,” papar Jordanka Semkova, pemimpin penelitian sekaligus ahli fisika dari Bulgarian Academy of Sciences.
“Hasil studi kami menunjukkan bahwa perjalanan ke Mars akan memberikan paparan radiasi yang signifikan bagi para astronaut,” imbuhnya.
Hasil tersebut didapat berdasarkan data dari ExoMars Trace Gas Orbiter, pesawat luar angkasa milik European Space Agency (ESA) yang telah mengelilingi Planet Merah sejak 2016. Salah satu instrumen yang dibawanya adalah dosimeter. Itu telah melakunan pengukuran sepanjang perjalanannya mengorbit Mars.
Baca Juga : Sempat Gagal, Misi ke Matahari Akan Terwujud Dengan Wahana Parker
Pengukuran menunjukkan bahwa pergi dan pulang dari Mars akan memberikan paparan radiasi kepada astronaut sebanyak 60% dari batas maksimum yang direkomendasikan saat ini.
Namun, angka 60% hanya untuk pulang-pergi sangat mengkhawatirkan, mengingat sebelum sampai ke Mars, astronaut setidaknya harus menghabiskan beberapa waktu di permukaan planet yang juga menimbulkan paparan radiasi.
Peneliti Ungkap Hubungan Tanaman dan Bahasa Abui yang Terancam Punah di Pulau Alor
Source | : | Live Science |
Penulis | : | Gita Laras Widyaningrum |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR