Nationalgeographic.co.id—"Di dalam Alkitab terdapat berbagai macam kisah mengenai tokoh-tokoh, seperti Musa, Yesus, dan Paulus, serta kejadian seperti perang, penghukuman, dan mukjizat. Berbagai cerita itu dapat dikelompokkan dalam tiga kategori: sejarah, hukum, dan pembelajaran," demikian tulis Robin Currie dan Jill Rubalcaba.
Keduanya menyusun buku 1.000 Facts About the Bible, yang diterbitkan National Geographic Kids. Edisi bahasa Indonesia terbit dengan judul 1000 Fakta Alkitab, yang diterbitkan oleh Kepustakaan Populer Gramedia.
Alkitab ditulis selama lebih dari seribu tahun di tiga benua dan dalam tiga bahasa oleh gembala, nelayan, filsuf, dan raja. Pesannya yang universal masih menyentuh kehidupan keseharian manusia—dari urusan pelaksanaan kaidah agung sampai perdebatan hak-hak politik.
Dari sekian pembahasan, Currie dan Rubalcaba juga mengungkap 50 fakta kebesaran mengenai perempuan dalam Alkitab. Tiga di antaranya kita sajikan sosoknya dalam pembahasan ini melalui pendekatan sejarah sosial.
Sejarah sosial sangat terkait dengan studi antropologi, karena keduanya berusaha memahami manusia dalam konteks sosial dan budaya mereka. Antropologi sering kali menggunakan perspektif sejarah untuk meneliti bagaimana masyarakat dan budaya berkembang dari waktu ke waktu. Sebaliknya, sejarah sosial dapat mengambil metode antropologi, seperti etnografi dan analisis budaya, untuk memahami pengalaman masyarakat dalam suatu periode tertentu.
Ruth: Simbol Ketaatan dan Strategi Sosial dalam Masyarakat Agraris Israel Kuno
Ruth adalah perempuan Moabit yang ditinggal mati suaminya. Di masyarakat Israel kuno, hidup seorang janda tanpa anak harus menikahi seorang kerabat dekat. Tujuan utamanya adalah untuk melanjutkan garis keturunan dan harta. Hal semacam ini, bernama “penebusan”, cukup berperan dalam perangai mereka. Dari sudut pandang ini, kisah Ruth menunjukkan kebersamaan sebuah keluarga dan pentingnya dalam meneruskan keturunan.
Dari sudut pandang sejarah sosial, kisah ini menggambarkan betapa kaku tangga patriarki. Dalam buku Did God Have a Wife? Archaeology and Folk Religion in Ancient Israel, William G. Dever membahas tentang sisi-sisi patriarkal yang ada dalam masyarakat Israel kuno, meski tidak spesifik soal Ruth.
Sebagai tambahan, dalam bab berjudul “A Provenance for the Book of Ruth” dalam buku Identity and Ethics in the Book of Ruth, Peter H. W. Lau membahas soal sosial dan identitas Ruth. Lau mengatakan bahwa di masyarakat patriarki, Ruth mungkin dianggap wanita tidak berdaya dalam situasi ini. Namun, sebenarnya para perempuan bisa sangat berdaya untuk berkontribusi dalam menentukan nasib mereka.
Di lain pihak, antropolog seperti Naomi Steinberg menganggap Ruth sebagai simbol integrasi antar etnis. Dalam hal ini sambil tetap menggunakan pendekatan antropologis, ada aspek pengorbanan dan tanggung jawab dalam keluarga yang relevan untuk dicermati. Dalam artikel yang ditulisnya berjudul Romancing the Widow, Steinberg melakukan analisis kisah Ruth dengan pendekatan sosial antropologi, memperhatikan konteks hukum levirat yang berkembang dalam masyarakat Israel kuno.
Baca Juga: Mengapa Hari Paskah Sangat Identik dengan Telur dan Kelinci?
Penulis | : | National Geographic Indonesia |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR