Hujan Terus Mengguyur, Kenali Beberapa Tanda dan Jenis Tanah Longsor

By Gregorius Bhisma Adinaya, Kamis, 24 Januari 2019 | 09:00 WIB
Kekuatan longsoran dapat merusak bangunan. (pernicem/Getty Images/iStockphoto)

Nationalgeographic.co.id - Memasuki penghujung bulan Januari, sebagian wilayah di Indonesia pun mulai diguyur hujan hampir setiap hari. Walaupun meningkatkan pasokan air di bumi, intensitas curah hujan yang tinggi pun dapat meningkatkan risiko bencana alam.

Banjir dan tanah longsor menjadi dua hal yang perlu diwaspadai, selain beberapa penyakit yang muncul saat musim hujan. Namun tanah longsor menjadi hal yang perlu mendapat perhatian khusus. Bukan tanpa alasan, banyak masyarakat yang belum tahu tanda akan terjadinya fenomena tanah bergerak ini.

Tanah longsor terjadi ketika air yang meresap ke dalam tanah menambah bobot tanah. Ketika air masuk dan berhasil menembus batas kedap air di tanah yang berperan sebagai bidang gelincir—yang terdiri dari sebagian besar lempung dengan sedikit pasir—maka pelapukan akan terjadi.

Baca Juga : Hujan Deras Disertai Petir, dan Hujan Tak Kasatmata di Dalamnya

Bila hal ini terjadi, bidang tanah di atasnya akan bergerak mengikuti ketinggian lereng. Tanah longsor pun terjadi.

Tanah longsor sendiri terbagi menjadi enam jenis. Berikut ini keenam jenis tanah longsor yang sebaiknya Anda ketahui.

1. Longsoran translasi

Longsoran translasi adalah bergeraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk rata atau menggelombang landai. 

2. Longsoran Rotasi

Longsoran rotasi adalah bergeraknya massa tanah dan bantuan pada bidang gelincir berbentuk cekung. 

3. Pergerakan blok

Pergerakan blok adalah perpindahan batuan yang bergerak pada bidang gelincir berbentuk rata. Longsoran ini juga disebut sebagai longsoran translasi blok batu. 

Longsor pada tebing batu. (PK6289/Getty Images/iStockphoto)

4. Runtuhan Batu

Runtuhan batu terjadi ketika sejumlah besar bantuan atau material lain bergerak ke bawah dengan cara jatuh bebas. Runtuhan batu biasanya terjadi pada lereng yang terjal hingga menggantung. Terutama di daerah pantai.

5. Rayapan Tanah

Rayapan Tanah adalah jenis longsor yang bergerak lambat. Jenis tanah yang mengalami longsor rayapan tanah biasanya berupa butiran kasar dan halus. Karena pergerakannya yang lambat, jenis tanah longsor ini hampir tidak dapat disadari.

Ketika rayapan tanah membuat berbagai benda, seperti pohon, tiang listrik, pohon, atau bahkan rumah bergerak, biasanya masyarakat baru menyadari adanya tanah bergerak ini.

6. Aliran Bahan Rombakan

Jenis tanah longsor ini terjadi ketika massa tanah bergerak terdorong oleh air. Kecepatan aliran bergantung pada kemiringan lereng, volume, tekanan air, dan jenis materialnya.

Pergerakan tanah terjadi di sepanjang lembah dan mampu mencapai hingga ratusan meter. Di beberapa tempat, jenis tanah longsor ini bisa mencapai ribuan meter. Contohnya adalah daerah aliran sungai di sekitar gunung berapi.

Dari keenam jenis longsoran di atas, longsoran translasi dan rotasi adalah dua jenis longsoran yang paling banyak terjadi di Indonesia. Sedangkan longsoran yang paling banyak memakan korban jiwa adalah jenis longsoran aliran bahan rombakan. 

Baca Juga : Ilmuwan Temukan Kehidupan di Danau Terdalam Antartika, Seperti Apa?

Namun sebelum salah satu jenis longsor ini terjadi, ada beberapa tanda yang bisa kita jadikan sebagai acuan. Hal yang paling mudah terlihat adalah munculnya retakan-retakan pada sisi lereng yang sejajar dengan arah tebing.

Retakan besar pada bangunan. (KOMPAS.com/Ika Fitriana)

Pada beberapa daerah, sebelum tanah longsor terjadi, mata air akan muncul secara tiba-tiba. Hal ini disebabkan oleh adanya retakan di bawah tanah yang membuat air tanah muncul dan naik ke permukaan.

Kerikil dan batuan yang bergerak jatuh juga dapat dijadikan sebagai tanda akan terjadinya fenomena ini.

Namun hal yang paling utama adalah hindari tinggal dan membangun rumah di daerah tebing. Waspada akan adanya longsoran ketika curah hujan tinggi juga perlu untuk menghindari jumlah korban.