Greenland Bisa Jadi Tambang Pasir Jika Lapisan Es Terus Mencair

By National Geographic Indonesia, Senin, 18 Februari 2019 | 10:52 WIB
Sebuah foto udara dari Greenland, lengkap dengan area es yang menggelap. (Marco Tedesco/Lamont-Doherty Earth Observatory)

Nationalgeographic.co.id - Pemanasan global bisa jadi berkah untuk penduduk Pulau Greenland.

Para ilmuwan mengatakan, Greenland dapat menjadi eksportir pasir besar akibat mencairnya lapisan es di pulau itu dan larutnya sebagian besar endapan ke laut karena pemanasan global.

Penambangan pasir dan kerikil yang banyak digunakan dalam industri konstruksi dapat meningkatkan kesejahteraan penduduk Pulau Greenland yang berjumlah 56 ribu jiwa.

Greenland, yang terletak di antara Samudra Arktika dan Atlantik di Amerika Utara punya otonomi untuk mengatur pemerintahannya sendiri tapi tetap masuk kekuasaan Denmark. Pulau itu juga sangat bergantung pada subsidi dari Kopenhagen.

Baca Juga : Tsunami dan Tanah Longsor Sebagai Peringatan Bencana di Masa Depan

Dengan menambang pasir, “Greenland dapat mengambil manfaat dari tantangan yang dibawa oleh perubahan iklim,” tulis tim ilmuwan Denmark dan Amerika Serikat yang diterbikan di jurnal Nature Sustainability.

Studi baru tersebut membahas perihal Arktika yang harus menilai risiko penambangan pesisir pantai, terutama bagi industri perikanan.

Pemanasan global mengakibatkan mencairnya lapisan es di Greenland, yang memiliki jumlah volume air yang cukup untuk menaikkan permukaan laut global sekitar tujuh meter. Jika semuanya mencair, itu akan membawa lebih banyak pasir dan kerikil ke pesisir fjord. Fjord adalah teluk yang terbentuk karena lelehan gletser.

“Anda dapat menganggapnya (es yang mencair) sebagai keran yang mencurahkan sedimen ke pantai,” kata ketua penulis Mette Bendixen, seorang peneliti di Institut Penelitian Arktik dan Alpen di Universitas Colorado.

Permintaan pasir di seluruh dunia mencapai sekitar 9,55 miliar ton pada 2017 dengan nilai pasar $ 99,5 miliar (Rp 1,4 triliun) dan diproyeksikan mencapai hampir $ 481 miliar (Rp 6,7 triliun) pada 2100, didorong oleh meningkatnya permintaan dan kemungkinan kekurangan, kata studi tersebut.

Hal itu berarti sebuah kesempatan langka bagi Greenland.

“Biasanya orang-orang Arktika adalah yang paling merasakan perubahan iklim dibanding yang lainnya – erosi pantai, lebih sedikitnya lapisan es yang tetap membeku di bawah tanah,” kata Bendixen. “Ini adalah situasi yang unik karena mencairnya lapisan es.”