Limpasan Banjir Cemari Great Barrier Reef, Terumbu Karang Terancam Rusak

By Gita Laras Widyaningrum, Kamis, 21 Februari 2019 | 09:30 WIB
Gumpalan air tercemar di Great Barrier Reef. (NASA via Newsweek)

Nationalgeographic.co.id – Great Barrier Reef merupakan salah satu keajaiban dunia. Namun, ia sekarang sedang menghadapi berbagai ancaman mulai dari perubahan iklim hingga bintang laut yang kelaparan. Tidak hanya itu, Great Barrier Reef juga harus menghadapi dampak banjir besar di timur laut Australia yang membawa segumpal air tercemar yang ‘menyelimuti’ terumbu karang di sana.

Dalam beberapa minggu terakhir, hujan lebat yang turun di Queensland, Australia, membawa sedimen dan senyawa kimia berbahaya ke sungai, dan kemudian berakhir di laut.

Gumpalan air kotor tersebut sangat besar sehingga dapat dilihat dari luar angksa. Citra satelit menunjukkan bahwa limpasan banjir bahkan memengaruhi wilayah terumbu karang yang terletak 37 mil dari pantai.

Baca Juga : Kasus Keracunan Makanan Akan Meningkat Akibat Perubahan Iklim

Para ilmuwan mengatakan, limpasan polusi­–yang mengandung bahan kimia pertanian seperti nitrogen dan fosfor–dapat membunuh terumbu karang dan rumput laut di Great Barrier Reef.

Menurut Frederieke Kroon dari the Australian Institute of Marine Science (AIMS) yang juga terlibat dalam pemantauan kualitas air di Great Barrier Reef, senyawa kimia tersebut bahkan telah menyebabkan pertumbuhan alga di beberapa area–menciptakan “selimut tebal” berwarna hijau.

“Sebenarnya, gumpalan air mudah pecah dan tersebar oleh angin dan ombak. Namun, cuaca relatif tenang setelah banjir dan tidak ada angin sehingga gumpalan polusi itu tetap bertahan di sana,” papar Kroon.

Selain air tercemar, Great Barrier Reef juga terancam oleh angin topan, pemutihan terumbu karang (coral bleaching), wabah penyakit, parasit, praktik penangkapan ikan ilegal, dan aktivitas manusia yang merusak.

Baca Juga : 'Salju Hitam' Menyelimuti Wilayah Rusia, Limbah Pabrik Penyebabnya

Meski beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa terumbu karang menunjukkan kemampuan yang luar biasa untuk bangkit kembali setelah mengalami kerusakan dan bisa beradaptasi dengan kenaikan suhu, tapi menurut para ilmuwan, semakin banyak tekanan yang muncul, maka semakin rendah peluang mereka bertahan hidup.

Faktanya, sebuah studi yang dipublikasikan pada jurnal Science Advances, menyatakan bahwa banyaknya ancaman yang dihadapi terumbu karang dapat menghambat kemampuan mereka untuk pulih kembali.

Great Barrier Reef yang memiliki lebih dari 3.000 terumbu karang, merupakan struktur hidup terbesar di Bumi. Membentang lebih dari 1.400 mil, ia menyediakan rumah bagi ribuan spesies hewan.