Mengapa Banyak Anak Muda yang Menjadi Perfeksionis Saat Ini?

By National Geographic Indonesia, Jumat, 8 Maret 2019 | 11:03 WIB
Perfeksionisme sering berkembang saat di usia anak-anak, yang disebabkan oleh pengasuhan oleh orang tua. (torwai/Getty Images/iStockphoto)

Masalah perfeksionisme dalam masyarakat modern di dunia Barat modern merupakan masalah serius, bahkan mematikan. Penelitian terkait perfeksionisme menunjukkan hubungan antara perfeksionisme dengan kecemasan, stres, depresi, gangguan makan dan bunuh diri.

Dorongan terus menerus untuk berhasil bisa sangat melelahkan dan berbahaya. (Sasiistock/Getty Images/iStockphoto)

Semakin bertambahnya usia si perfeksionis, maka hidup mereka semakin tak terkendali

Kami juga menemukan bahwa, ketika orang-orang perfeksionis bertambah tua, mereka semakin tidak terkendali. Kepribadian mereka menjadi lebih neurotik (lebih rentan terhadap emosi negatif seperti rasa bersalah, iri dan cemas) dan kurang teliti (kurang terorganisir, kurang efisien, kurang dapat diandalkan, dan kurang disiplin).

Mengejar kesempurnaan–sebuah tujuan yang tidak jelas–dapat menghasilkan tingkat kegagalan yang lebih tinggi dan tingkat keberhasilan yang lebih rendah sehingga membuat perfeksionis lebih mungkin untuk kesal terhadap ketidaksempurnaan mereka dan kecil kemungkinannya akan membuat mereka mengejar tujuan mereka dengan hati-hati.

Secara keseluruhan, hasil kami menunjukkan bahwa hidup tidak menjadi lebih mudah bagi perfeksionis. Dalam dunia yang penuh tantangan, berantakan dan tidak sempurna, orang-orang perfeksionis mungkin akan sangat letih dan seiring dengan bertambahnya usia mereka, membuat mereka semakin tidak stabil dan kurang rajin.

Temuan kami juga mengungkapkan bahwa laki-laki dan perempuan memiliki tingkat perfeksionisme yang serupa.

Ini menunjukkan bahwa keinginan masyarakat Barat untuk menjadi sempurna tidak melibatkan unsur perbedaan gender. Baik laki-laki maupun perempuan memiliki keinginan untuk mencapai kesempurnaan.

Penelitian di masa depan harus menguji apakah pria mengejar kesempurnaan karena didorong motif untuk berprestasi (seperti bersaing untuk sumber daya) sedangkan apakah wanita berusaha mengejar kesempurnaan karena didorong motif hubungan (seperti menyenangkan orang lain).

Kasih sayang tanpa syarat adalah obatnya

Perfeksionisme adalah epidemi yang mematikan di masyarakat Barat yang dianggap kurang penting. Banyak perfeksionis yang menyembunyikan ketidaksempurnaan mereka dari pihak-pihak yang mungkin dapat membantu (seperti psikolog, guru atau dokter keluarga).

Kita perlu menangani masalah perfeksionisme di tingkat yang melibatkan pola asuh dan unsur budaya.