Pendapat Para Pakar Penerbangan Pascakecelakaan Boeing 737 MAX 8

By Gita Laras Widyaningrum, Rabu, 13 Maret 2019 | 11:29 WIB
B737 MAX 8 Ethiopian Airlines. (Boeing Mediaroom via Kompas.com)

Nationalgeographic.co.id - Pada Minggu (10/3) lalu, pesawat Boeing 737 MAX 8 milik Ethiophia Airlines mengalami kecelakaan. Ini terjadi lima bulan setelah jenis pesawat yang sama juga mengalami kecelakaan di Indonesia. Dua kecelakaan dalam jangka waktu yang tidak terlalu jauh itu pun menimbulkan pertanyaan dan keraguan mengenai keamanan Boeing 737 MAX 8. 

Melihat hal ini, beberapa negara juga mulai melarang penggunaan pesawat tersebut. Di antaranya Singapura, Argentina, Australia, Korea Selatan, Mongolia, Indonesia, Tiongkok, Meksiko, dan Ethiophia.

Dilansir dari voaindonesia.com, para pakar mencoba memberikan pendapat mengenai kecelakaan yang terjadi pada dua pesawat Boeing 737 MAX 8. Menurut mereka, pesawat baru ini sangat berbeda dengan model 737 sebelumnya.

Baca Juga : Seperti Medusa, Virus Ini Mampu Mengubah Amoeba Menjadi ‘Batu’

Dai Whittingham, Kepala Eksekutif Komite Keselamatan Penerbangan Inggris, mengatakan, “Saya diberitahu oleh orang-orang yang pernah menerbangkannya bahwa mengoperasikan pesawat model ini sangat menyenangkan. Maskapai-maskapai penerbangan menyukainya. Bahan bakar untuk pesawat ini bahkan 14 hingga 15 persen lebih efisien. Namun, kini timbul pertanyaan tentang sistem dalam pesawat.

Yang pasti, harus diingat bahwa Boeing, dalam mengembangkan dan memproduksinya, telah mengikuti semua prosedur persis seperti yang disyaratkan oleh Badan Penerbangan Federal (FAA). Jadi, Boeing telah memiliki rancang bangun yang disertifikasi dan disetujui. Boeing telah menunjukkan bahwa pesawat model itu sesuai dengan berbagai standar yang ada," paparnya dikutip dari VOA Indonesia.

Kecelakaan Ethiophia Airlines itu mengingatkan banyak orang dengan jatuhnya pesawat Lion Air ke Laut Jawa. Peristiwa itu juga menewaskan seluruh penumpang dan awaknya yang berjumlah 189 orang.

Meski para penyelidik Indonesia belum menentukan penyebab kecelakaan, tapi Boeing sendiri mengirimkan pemberitahuan kepada seluruh maskapai penerbangan pengguna 737 MAX 8 bahwa informasi yang salah dari sensor dapat menyebabkan pesawat secara otomatis mengarahkan hidungnya ke bawah. Pemberitahuan ini bertujuan untuk mengingatkan pilot terkait prosedur 737 MAX 8. 

Baca Juga : Cita Rasa Hilang dalam Penerbangan, Mengapa Hal ini Bisa Terjadi?

Sementara itu, Roger Whitefield, Kepala Keselamatan dan Mutu British Airways, menjelaskan, “Ada begitu banyak sistem keselamatan, bukan hanya pada 737, tetapi pada semua pesawat terbang modern yang akan mencegah seorang pilot membuat apa yang dianggap oleh komputer sebagai input yang salah.

Ini bukan debat kecerdasan buatan. Namun, perlu diketahui bahwa ada beberapa sistem yang menghalangi pilot untuk memasukkan koreksi terlalu besar, input terlalu besar, atau menghalangi pilot untuk melakukan sesuatu yang kontraproduktif. Saya kira ini adalah sistem yang kadang-kadang menolak apa yang coba dilakukan oleh pilot untuk menyelamatkan situasi.”

Diketahui bahwa pesawat Boeing 737 pertama kali diperkenalkan pada 1967. Ia menjadi salah satu pesawat penumpang yang paling sering digunakan di dunia. Model terbarunya, MAX 8, pertama kali digunakan pada penerbangan komersial pada 2017.