"Sebelumnya, saya hanya mendengar kisah itu dari cerita atau drama tradisional ketoprak di Jawa. Tapi ketika saya menemukan bukti itu, saya penasaran dan mencari buku Babad Tanah Jawa beberapa versi," imbuhnya.
Menurut Eko, kisah tersebut terkesan seperti dongeng. Salah satu yang digarasibawahi Eko adalah kisah Panembahan Senopati yang ingin mendirikan kerajaannya sendiri. Pada menit ketujuh, pencerita dalam video dokumenter itu berganti dengan juru kunci Pantai Parangkusumo.
Berbahasa Jawa, Surakso mengisahkan awal mula keinginan Panembahan Senopati mendirikan kerajaan.
Surakso menceritakan bahwa Panembahan Senopati diminta untuk melakukan pertapaan menggunakan perahu dari Kerajaan Pajang menuju arah selatan oleh ayahnya, Ki Ageng Pamanahan. Sementara, calon raja itu bertapa, sang ayah berjalan ke arah utara menuju gunung Merapi untuk mendapatkan pertolongan Ki Sapu Jagat.
"Panembahan Senopati itu anak angkat dari Sultan Hadiwijaya dari kerajaan Pajang, yang berkuasa saat itu. Jadi dia bukan seseorang yang mempunyai darah biru," Eko memberikan penjelasan lebih lanjut.
"Tapi kemudian Sultan Hadiwijaya mencurigai Panembahan Senopati ingin mendirikan kerajaan dan mengkudetanya. Tapi dalam cerita itu menariknya adalah Panembahan Senopati dan ayahnya sudah mendengar bahwa akan ada serbuan pasukan dari Hadiwijaya," tambah Eko.
Dalam kisah itu, ketika Hadiwijaya hendak menyerbu ayah dan anak tersebut, tidak lama gunung Merapi meletus. Singkat cerita, aliran lahar dari gunung Merapi akhirnya menghalangi pasukan Hadiwijaya hingga terjatuh dari gajah tunggangannya lalu sakit dan meninggal.
"Pada kesempatan yang sama, Panembahan Senopati yang ke selatan masuk ke Kali Ompak dan berenang. Tapi kemudian diberi bantuan oleh seekor naga raksasa atau versi lain ikan raksasa yang mengantarkannya sampai ke pantai," tutur Eko.
"Sampai di pantai, dia kemudian bersemedi. Di tengah semedinya, terjadilah gelombang sangat besar," tambahnya.
Dalam kisah itu dideskripsikan gelombang tersebut memiliki air panas, mematikan segala makhluk, merobohkan tumbuh-tumbuhan yang ada di daratan, serta mengganggu makhluk-makhluk pengikut Nyi Roro Kidul. "Sehingga Nyi Roro Kidul menghadap sendiri ke Panembahan Senopati dan memintanya untuk berhenti dari semedi," ucap Eko.
Pada kisah selanjutnya, terjadi percakapan antara keduanya hingga sepakat untuk saling membantu dalam membangun kerajaan Mataram Islam di tanah Jawa.