Ojek Makanan Balita, Cara Mulia Atasi Masalah Kekurangan Gizi

By Gita Laras Widyaningrum, Rabu, 20 Maret 2019 | 17:03 WIB
Desi Anavianti, pengurus OMABA, siap mengantarkan paket makanan sehat ke balita kurang gizi. (Ade/National Geographic Indonesia)

Nationalgeographic.co.id - Hampir setiap pagi, dimulai pada pukul 8, Desi Anavianti (43) siap untuk mengantar paket makanan untuk anak-anak kekurangan gizi di Kecamatan Gedebage. Dengan sepeda motor dan boks kuning-merah bertuliskan OMABA (Ojek Makanan Balita), Desi mengantarkan lima paket makanan sehat setiap harinya.

"Biasanya sampai satu jam untuk keliling kecamatan buat mengantarkan ini," tuturnya sambil menunjukkan tempat makan berwarna ungu berisi menu makanan hari itu: nasi campur, perkedel tahu, pisang, susu, dan puding buah

Tujuan pertama Desi kali ini adalah rumah Oxcell, balita berusia dua tahun yang tinggal di Rancakamurang, Kelurahan Cisaranten, Kecamatan Gedebage. Oxcell merupakan salah satu anak kekurangan gizi yang mendapat makanan sehat gratis dari OMABA. 

Baca Juga : Semangat Mendidik dan Membangun Potensi Anak Berkebutuhan Khusus

Danti Siti Nurrohmah (23), ibu dari Oxcell, mengatakan, anaknya yang berusia dua tahun tersebut, hanya memiliki berat badan sekitar 7 kilogram. Angka ini cukup kecil dibanding teman sepantarannya. Menurut data dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, bobot anak perempuan berusia dua tahun biasanya sudah mencapai 9-14,8 kilogram.

Menurut Danti, selama ini, Oxcell memang memiliki nafsu makan yang rendah. Dia tidak menyukai nasi dan sering pilih-pilih lauk serta sayur. Kebalikannya, balita ini hanya menggemari kue dan berbagai makanan manis lainnya. 

Namun, sudah tiga minggu ini, Oxcell selalu mengonsumsi nasi, lauk pauk, susu serta camilan yang dimasak oleh ibu-ibu pengurus OMABA. Meski tidak selalu habis, setidaknya makanan tersebut berhasil masuk ke mulut mungilnya. Bahkan, berat badan Oxcell pun naik sebanyak 100 gram.

“Sejauh ini, selalu doyan dengan makanan yang diberikan. Mungkin karena rutin dikirim di waktu yang sama dan disuapin sambil main, jadi dia senang makannya,” cerita Danti.

Oxcell, salah satu balita gizi buruk yang menerima paket makanan sehat dari OMABA. (Ade/National Geographic Indonesia)

Masalah gizi buruk

Untuk mengatasi gizi buruk pada balita berusia 6-59 bulan, pemerintah telah menerapkan program Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Pemulihan hampir di seluruh wilayah Indonesia. Sejak tahun 2011, Kemenkes menyediakan anggaran untuk PMT Pemulihan melalui dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK).

Sesuai dengan namanya, makanan yang akan diberikan kepada balita gizi buruk tersebut hanyalah tambahan, bukan makanan utama. Di Cisaranten Kidul misalnya, makanan yang diberikan berupa biskuit dan susu.