Memetik Rezeki dari Pekarangan Rumah dengan Menanam Tumbuhan Kaya Manfaat

By Gita Laras Widyaningrum, Sabtu, 23 Maret 2019 | 16:53 WIB
Gapura Desa Doudo. ()

Nationalgeographic.co.id – Ada yang unik dari desa Doudo, Kecamatan Panceng, Kabupaten Gresik, Jawa Timur. Setiap RT yang terdapat di desa tersebut memiliki tema dan konsepnya sendiri. Tidak tanggung-tanggung, konsep yang mereka usung berupaya untuk memajukan lingkungan dan membuat desa Doudo semakin asri.

Setelah memasuki gapura bertuliskan “Desa Doudo”, Anda akan melihat pekarangan rumah yang dipenuhi oleh tanaman. Tidak ada satu pun rumah yang gersang. Meski begitu, tidak semua tanaman di setiap rumah sama, karena mereka memiliki ‘identitas’ sendiri. Untuk RT 1 misalnya, setiap warganya harus menanam tanaman lavender, sementara RT 5 dipenuhi dengan tumbuhan lidah buaya.

Baca Juga : Tujuh Pulau yang Wajib Anda Kunjungi di Kepulauan Seribu

Asti Sufana, Kepala Desa Doudo mengatakan, keinginan untuk membuat kampung tematik berbasis lingkungan tersebut, datang dari warga sendiri.

“Awalnya, mereka ditantang untuk menciptakan lingkungan asri di desa Doudo. Mereka memikirkan sendiri konsepnya sampai akhirnya mengikuti lomba dari tingkat RT hingga Nasional. Sejak saat itu, para warga semakin semangat untuk mempercantik rumahnya,” papar Asti.

Lalu, konsep apa saja yang diusung di desa Doudo?

Kampung Si Cantik Cerdas (Siap Cari Jentik Cegah Demam Berdarah Sekarang)

Sesuai dengan namanya, konsep kampung ini adalah bebas dari jentik nyamuk. Konsep ini dipilih karena lokasi RT 1 berdekatan dengan kebun yang banyak nyamuk. Agar terhindar dari Demam Berdarah Dengue (DBD), maka warga di kampung ini harus menanam jahe, serai, dan lavender yang identik sebagai tumbuhan penghalau nyamuk.

Zubaidah, salah satu kader di Kampung Si Cantik Cerdas, mengatakan, setelah menerapkan konsep antijentik ini, nyamuk di rumahnya pun tidak sebanyak dulu. “Kalau hujan, biasanya banyak sekali nyamuk di rumah, tapi setelah menanam ini, ya berkurang,” katanya. Ia menambahkan, jumlah anak-anak yang mengidap DBD di RT-nya pun menurun.

Selain itu, tanaman yang tadinya berfungsi sebagai pencegah nyamuk, kini bisa menjadi sumber penghasilan warga RT 1A. Mengusung nama Dangrehe, mereka memasarkan minuman dari jahe dan serai yang diambil dari pekarangan rumah masing-masing.

Desa Doudo mandiri ururan air. ()

Kampung Sayur

Di kampung ini, warga RT 1B harus menanam berbagai jenis sayuran. Mulai dari sawi, bayam, kangkung, terong, dan lainnya.

Sama-sama memetik rupiah dari pekarangan rumah, warga Kampung Sayur pun mendapatkan penghasilan dari tanaman-tanaman di rumah mereka. Anggota Mbok Doudo yang memproduksi stik dan es krim sayur, biasanya akan membeli bahan baku dari warga RT 1B.

Namun, tantangan besar juga menghantui Kampung Sayur setiap musim kemarau. Dengan cuaca yang terik, sayur-sayur di pekarangan mereka pun sering layu dan kering. Oleh sebab itu, perlu perawatan yang lebih ketika musim kemarau datang.

Kampung Toga (Tanaman Obat Keluarga)

Lanjut menelusuri kampung selanjutnya, Anda akan menemukan tanaman obat keluarga di RT 2. Biasanya yang ditanam di Kampung Toga adalah olahan jamu seperti secang, kunyit, dan asam. Atas inovasinya ini, Kampung Toga sempat mendapat penghargaan Partisipasi Masyarakat Terbaik dalam Gresik Berhias Tahun 2016.

Kampung 3R (Reuse, Reduce, Recycle)

Penggunaan barang bekas. ()

Kampung ini memiliki tema 3R karena barang-barang yang digunakan untuk menanam tumbuhan, menggunakan barang bekas. Sebagai contoh, pot mereka berasal dari botol plastik atau kaleng. Begitu pun dengan asbak.

Fathiyatul Masturoh, warga kampung 3R yang juga menjadi pengurus Bank Sampah, kerap memberikan edukasi kepada tetangganya untuk melakukan daur ulang. “Pokoknya sebisa mungkin memanfaatkan barang-barang bekas di kehidupan sehari-hari,” pungkasnya.

Usaha mereka tidak sia-sia, Kampung 3R ini berhasil meraih juara 3 dalam Lomba Gresik Berhias Tahun 2017, dalam kategori Pengelolaan Kawasan Lingkungn Berbasis Hijau.

Kampung E-Link (Edukasi Lingkungan Inovatif dan Kreatif)

Kampung yang berada di RT 4, desa Doudo, ini mengedepankan inovasi dalam mewujudkan lingkungan yang bersih dan sehat. Di Kampung E-Link, terdapat Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Komunal. Warga di sini sudah bisa memanfaatkan air limbah untuk beberapa kebutuhan, seperti menyiram tanaman, dan budidaya lele.

“Kalau selama ini untuk menyiram tanaman kita menggunakan air bersih, sekarang bisa pakai air limbah. Jadi, nggak buang-buang air bersih,” kata Asti.

Baca Juga : Sekolah Mangrove di Pesisir Indramayu, dan Masa Depan Ekonomi Indramayu

Selain IPAL Komunal, Kampung E-Link juga menjadi pelopor Biopori Plus. Setiap rumah di desa Doudo memang wajib memiliki lubang biopori, namun di RT inilah awalnya bermula. Penduduk di RT lain yang ingin membuat lubang biopori pun bisa meminta bantuan warga Kampung E-Link dengan gratis.

Setiap rumah di kampung E-Link wajib memiliki tiga lubang biopori, masing-masing dengan kedalaman satu meter. Setiap lubang berfungsi sebagai ‘dekomposer’. Di sanalah, sampah-sampah dapur selama tiga bulan dikumpukan sebelum akhirnya terurai dan menjadi pupuk kompos yang nantinya akan digunakan untuk tanaman mereka sendiri.

Kampung E-Link pun berhasil meraih Best of The Best Pengelolaan Kawasan Lingkungan Berbasis Hijau pada ajang Gresik Berhias Tahun 2017.

Kampung Aloe Vera

Di RT terakhir, yaitu RT 5, setiap rumah wajib memiliki tanaman lidah buaya, minimal dua. Alasan memilih konsep ini adalah karena lidah buaya  termasuk tanaman yang memiliki banyak manfaat. Perawatannya pun tidak sulit dilakukan.

“Waktu itu, kami yang paling ketinggalan. RT lain sudah memiliki tema, tapi kami belum. Sepintas dapat ide untuk membuat Kampung Aloe Vera karena tanaman ini mudah dirawat dan perkembang biakkannya cepat,” cerita Abdul Rozak, Ketua RT di kampung ini.

Sama seperti Kampung Si Cantik Cerdas dan Kampung Sayur, warga di Kampung Aloe Vera pun memanfaatkan tanaman lidah buayanya untuk menambah penghasilan. Mereka mengolah tanaman tersebut menjadi kerupuk, peyek, es dawet, dan permen, yang dipasarkan di toko oleh-oleh sekitar Gresik dan Mbok Doudo.

Pada April 2018 lalu, Kampung Aloe Vera berhasil masuk dalam kategori Pengelolaan Kawasan Lingkungan Terbaik ajang Gresik 2018.

Desa Doudo, desa yang asri. ()

Menuju desa wisata

PT Pertamina EP Asset 4 Field Poleng yang selama ini membina dan mendampingi Doudo, mengatakan akan terus mendukung inovasi desa ini.

Dalam upayanya memanfaatkan pekarangan rumah misalnya, PT Pertamina EP Asset 4 Field Poleng memberikan bantuan berupa pot dan rak tanaman untuk setiap RT. Juga mengadakan pelatihan pembuatan biopori kepada penduduk desa.

“Semua sebenarnya adalah milik desa. Kami pasti akan mendukung jika itu baik. Ikut senang karena Doudo sudah bagus sekali prestasinya. Desa ini juga sudah mendapat pengakuan di tingkat nasional sebagai desa yang asri,” papar Arina Hidayatul Chasanah, Relation and Formalities Staff PT Pertamina EP Asset 4 Field Poleng.

Meski begitu, ke depannya, Doudo masih bisa berkembang lagi. Arina mengatakan, PT Pertamina EP Asset 4 Field Poleng ingin memberikan kebermanfaatan lebih pada warga desa, terutama di bidang ekonomi.

Baca Juga : Mengenal Safetyman, Ujung Tombak Tenaga Keamanan di Tempat Risiko Tinggi

“Desa Doudo yang hijau dan sudah dikenal banyak orang ini, menyimpan potensi wisata. Mengawali 2019, kami akan mengarahkan Doudo menjadi desa wisata dengan edukasi lingkungan,” katanya.

Arina menjelaskan, nantinya, orang-orang bisa mengunjungi keenam kampung tematik di Doudo sambil belajar tentang lingkungan. Mulai dari pengelolaan air, merawat tanaman di rumah, mengolah sampah menjadi sesuatu yang bernilai, hingga belajar membuat lubang biopori.

“Ini bisa membuka lapangan pekerjaan bagi generasi muda Doudo yang selama ini menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di luar negeri,” pungkasnya.