Tabrakan Asteroid Picu Gunung Berapi dan Kepunahan Dinosaurus

By National Geographic Indonesia, Senin, 25 Maret 2019 | 10:22 WIB
Ilustrasi asteroid yang menabrak Bumi. (blackdovfx/Getty Images/iStockphoto)

Dalam makalah Science yang baru, sebuah tim dari Amerika Serikat dan India menyajikan beberapa perkiraan waktu yang paling tepat untuk menduga kapan erupsi besar terjadi di India. Erupsi ini terjadi di sebuah tempat yang dikenal dengan Deccan Traps–provinsi tempat banjir basal di India Barat yang mencakup lebih dari 500.000 km2 dan di beberapa tempat lebih dari 2 km tebalnya.

Mereka menemukan bahwa perkiraan jeda waktu yang paling tepat untuk tabrakan Chicxulub–pada 66,052 juta tahun yang lalu–adalah dalam waktu 50.000 tahun dari periode puncak letusan dari Deccan Traps, yang berarti bahwa tumbukan dan peningkatan aktivitas vulkanik pada dasarnya terjadi bersamaan.

Koneksi seismik

Hubungan antara tumbukan di Karibia dan aktivitas vulkanik di Samudra Hindia mungkin tampak lemah, tetapi dalam ilmu planet hubungan ini tidaklah asing.

Salah satu contoh dramatisnya adalah Cekungan Caloris di planet Merkurius–struktur selebar 1.500 km dari tabrakan meteorit sebelumnya.

Di Antipodal (sisi berlawanan di planet) dari cekungan tersebut adalah bentang alam yang ganjil dan disebut medan terganggu, yang terbentuk dari gelombang goncangan dari tumbukan di Caloris.

Ini menjadi semacam contoh bahwa sebuah tabrakan dapat membuat perubahan geologis pada jarak yang luas. Tapi, kembali ke Bumi 66 juta tahun yang lalu, Chicxulub dan Deccan Traps tidak cukup menjadi contoh antipodal.

Deccan Traps terbentuk ketika wilayah yang sekarang menjadi India, dulunya hanya seluas Pulau Reunion saat ini, yaitu sebuah pulau kecil milik Prancis di dekat Madagaskar. Pulau ini masih aktif secara vulkanik, dan didukung oleh mantel yang sama yang menyebabkan kegiatan vulkanik di Deccan.

Semenanjung Yucatan, seperti sebagian besar Amerika, secara signifikan lebih dekat ke Eropa (lihat di bawah).

Tapi itu mungkin tidak masalah. Hal ini telah lama diperdebatkan, sejak Charles Darwin pada tahun 1840 bahwa gempa bumi dapat memicu erupsi.

Mekanisme ini tidak dipahami dengan baik. Penjelasannya berkisar dari pembentukan gelembung di magma, hingga melebarnya patahan di kerak bumi yang memungkinkan magma untuk mengalir lebih cepat.

Meskipun demikian, telah diakui bahwa terlepas dari kaitannya dengan gempa bumi, beberapa gunung berapi lebih sensitif terhadap aktivitas gempa daripada yang lain, terutama gunung berapi yang sangat aktif. Tidak banyak peristiwa vulkanik yang lebih aktif daripada yang terjadi di Deccan Traps.

Peningkatan aktivitas vulkanik

Pada saat yang bersamaan dengan meningkatnya aktivitas vulkanik di Deccan, sistem yang berada di tengah samudra di Pasifik dan Samudra Hindia tampaknya mengalami peningkatan aktivitas.