Paparan Polusi Udara Sebabkan Masalah Kesehatan Mental Bagi Anak Muda

By Gita Laras Widyaningrum, Selasa, 9 April 2019 | 12:46 WIB
Polusi udara. (voaindonesia.com)

Nationalgeographic.co.id - Remaja yang tinggal di area perkotaan dengan level polusi tinggi, cenderung mengalami gejala gangguan kepribadian. Nantinya, ini akan mengarah pada perkembangan gangguan psikosis dan masalah kesehatan mental di kemudian hari. 

Dipublikasikan pada jurnal JAMA Psychiatry, sekelompok peneliti Inggris, menemukan fakta bahwa kelainan jiwa lebih sering ditemukan pada anak-anak muda yang terpapar nitrogen dioksida, nitrogen oksida, dan partikel kecil berbahaya lainnya. 

"Anak-anak dan remaja cenderung lebih rentan pada dampak polusi udara karena sistem pernapasan dan otak mereka 'masih muda'," papar Frank Kelly, pemimpin studi tersebut. 

“Mengingat bahwa 70% populasi dunia akan hidup di kota pada 2050, pencemaran udara yang berkaitan dengan gangguan psikosis harus menjadi prioritas kesehatan yang mendesak. Menganalisis dampak kesehatan dari polusi udara adalah komponen inti dari tanggung jawab negara," tambahnya.

Baca Juga : Penelitian: Polusi Udara Membunuh Lebih Banyak Orang Dibanding Rokok

Untuk memastikan apakah paparan polusi berkaitan dengan pengalaman psikosis pada remaja--seperti mendengar suara-suara atau mengalami paranoia intens--para peneliti menganalisis data dari studi E-Risk, sebuah database mengenai faktor lingkungan dan genetik yang berkontribusi terhadap masalah kesehatan mental remaja di Inggris dan Wales. 

Para partisipan diberikan pertanyaan seperti: "apakah kamu mendengar suara yang tidak didengar orang lain" dan "apakah kamu mereka dilihat, diikuti, atau dimata-matai seseorang". Selanjutnya, tim peneliti memetakan alamat rumah partisipan, bersama dengan dua lokasi lain yang sering mereka kunjungi, kemudian membandingkannya dengan model polusi udara dari tahun lalu. 

“Kami menemukan bahwa pengalaman psikosis remaja lebih umum terjadi di daerah perkotaan. Temuan kami menunjukkan bahwa polusi udara bisa menjadi faktor yang berkontribusi dalam hubungan antara kehidupan kota dan pengalaman psikosis,” kata penulis utama Joanne Newbury.

Hampir sepertiga dari 2.000 responden mengaku mengalami episode psikosis dalam enam tahun terakhir--terutama mereka yang terekspos paparan polusi udara tinggi.

Baca Juga : Lakukan Diet Ekstrem, Wanita Ini Mengalami Kerusakan Otak

Hubungan antara tinggal di perkotaan dan pengalaman psikosis yang dialami remaja cukup kuat, tetapi masih ada beberapa batasan dalam penelitian tersebut.

Sebagai contoh, remaja yang dilaporkan memiliki pengalaman psikosis, tidak teruji secara klinis. Lebih lanjut, pemodelan polusi udara hanya dilakukan menjelang studi dan kemungkinan tidak menjelaskan paparan awal atau kumulatifnya. Yang terakhir, studi E-Risk merupakan survei longitudinal jangka panjang kembar, dan meskipun memberikan representasi demografis yang solid, hasilnya dapat berbeda. 

Namun, bagaimana pun juga, para peneliti mengatakan bahwa upaya global untuk mengurangi tingkat polusi udara untuk melindungi kesehatan mental dan fisik remaja harus ditangani di dunia urbanisasi yang cepat ini.