Nationalgeographic.co.id— Rempah telah membawa perubahan dalam peradaban dunia. Berkat rempah pula banyak muncul nama penjelajah kampiun dan para pedagang masyhur karena perkembangan ilmu navigasi dan kartografi.
Jauh sebelum kedatangan bangsa-bangsa Eropa di Nusantara, para pedagang Cina sudah mencapai Kepulauan Rempah di Maluku. Mereka datang untuk membeli cengkeh sejak sekitar abad ke-3 SM—mungkin bisa jauh sebelumnya.
Sementara itu cengkeh mulai populer di Eropa baru pada abad ke-8. Mereka memanfaatkannya baik sekedar pewangi, bahan campuran pengawet makanan, maupun obat. Perdagangan cengkeh telah berpusat di Malaka selama beratus-ratus tahun sebelum akhirnya Portugis menguasainya pada 1511.
Baca Juga : Kesaksian Perwira VOC Ketika Prahara 1740 di Tangerang
Kalau perdagangan cengkeh Nusantara telah populer sejak dua ribu tahun lalu, pala tampaknya baru sohor pada 400 tahun silam. Suatu ketika pada abad ke-17 harga buah pala sontak melejit di pasar Eropa. Penyebabnya, seorang dokter di Elizabethan, Kota London, telah mengumumkan bahwa pala merupakan satu-satunya penyembuh penyakit radang paru-paru (pneumonic plague).
David Parry dalam buku pengantar Exhibition of Antiquarian Maps and Prints of Indonesia, berpendapat bahwa pala pernah menjadi komoditi termewah di pasar Eropa pada saat itu. Kabarnya, tingkat balik modalnya berlipat hingga 32.000 persen!
David Parry dalam buku pengantar Exhibition of Antiquarian Maps and Prints of Indonesia, berpendapat bahwa pala pernah menjadi komoditi termewah di pasar Eropa pada saat itu. Kabarnya, tingkat balik modalnya berlipat hingga 32.000 persen!
Penjelajahan dan pemetaan daerah baru telah didokumentasikan oleh Portugis. Sayangnya banyak peta yang tak terselamatkan—dan musnah. Peta-peta karya kartografer masa itu menunjukkan wilayah Asia dengan garis pantai yang lebih akurat dan proporsi yang mendekati geografi sesungguhnya.
Rempah di Kepulauan Maluku telah membangkitkan pengembangan terhadap sejarah dan kartografi dunia. Dengan peta-peta yang lebih baik, penjelajah samudra abad ke-15 dan ke-16 mencari rute pelayaran menuju legenda itu.