Sepanjang abad pertengahan, Venesia merupakan bandar perdagangan penting. Kota di pesisir Italia itu menjadi pusat pala, cengkih, lada, hingga kayu manis untuk orang-orang Eropa. Selama berabad-abad lamanya, pedagang Arab merahasiakan negeri asal rempah-rempah itu.
Kepulauan Rempah memang begitu dirahasiakan. Banyak mitos yang menggambarkan bahwa lokasinya dijaga monster raksasa yang memangsa kapal-kapal yang melintas, dihuni para kanibal yang begitu buas, hingga badai yang mengempaskan kapal-kapal yang mencoba menyambanginya.
Baca juga: Perubahan Iklim Justru Membuat Tanaman di Puncak Gunung Bermekaran, Apa Alasannya?
Mitos itu tetap terpelihara sampai seorang asal Italia membuktikan semuanya. Ludovico di Varthema, sebuah nama yang nyaris dilupakan dunia. Lelaki mantan serdadu itu berasal dari Kota Bologna, sekitar 153 kilometer dari Venesia.
Dia bukanlah pedagang, bukan pula duta penjajah. Dia adalah pejalan soliter yang memiliki keilmuan, minat budaya, dan gairah menjelajah. Pada akhir 1502, Varthema meninggalkan istri dan keluarganya demi sebuah tekad penjelajahan. Dia bertolak dari bandar perdagangan Venesia, menuju Kepulauan Rempah yang begitu rahasia.
“Ada banyak pria yang telah mengabdikan dirinya untuk menyelidiki hal-hal dunia ini,” tulis Varthema pada paragraf pertama dalam jurnal perjalanannya. “Dengan bantuan berbagai studi, perjalanan, dan pertalian yang sangat tepat, mereka telah berusaha untuk mencapai keinginan itu.”
“Ada banyak pria yang telah mengabdikan dirinya untuk menyelidiki hal-hal dunia ini,” tulis Varthema. “Dengan bantuan berbagai studi, perjalanan, dan pertalian yang sangat tepat, mereka telah berusaha untuk mencapai keinginan itu.”
Jurnalnya dibukukan dengan tajuk Itinerario de Ludouico de Varthema Bolognese. Buku itu terbit pertama kali di Roma pada 1510, atau sekitar dua tahun sebelum Portugis menemukan Kepulauan Rempah. Catatan perjalannya dialihbahasakan untuk pertama kalinya ke dalam bahasa Inggris oleh Richard Eden dengan tajuk History of Travayle pada periode 1556 sampai 1577.
Dia mengunjungi Alexandria dan menyusuri Sungai Nil di Mesir, kemudian berlanjut ke Beirut dan Damaskus. Perjalannya pun terkadang mengharuskan dia untuk menyamarkan identitas. Bergabung dengan serdadu Mamluk, Varthema memakai nama samaran Yunas. Dari kota kuno Damaskus, dia menempuh perjalanan melewati Lembah Sodom bersama karavan para peziarah haji menuju Mekkah dan Madinah. Varthema tercatat sebagai seorang non-Muslim pertama yang berhasil memasuki kota suci itu.
Perjalanannya berlanjut menyusuri gurun di barat daya , dan bersiap menyeberang menuju ke Persia, India, Srilangka, hingga Kepulauan Nusantara. Catatan perjalannya mengungkapkan bahwa dia berkesempatan singgah ke Malaka, Aceh, Banda, Maluku sebagai titik perjalanannya paling timur. Kemudian, dia menuju arah balik dan singgah ke Borneo dan Jawa.
“Menurut anggapan saya, yang juga menyetujui banyak pendapat,” ungkap Varthema, “saya merasa inilah Taprobana.”
Pada abad pertengahan, para penjelajah samudra kerap menyebut Taprobana untuk menunjuk pulau yang kini kita sebut sebagai Sumatra.
Baca juga: Memenangkan Trump dengan Data Facebook Terungkap dari 27 Halaman Presentasi
Penulis | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
Editor | : | Silvita Agmasari |
KOMENTAR