Nationalgeographic.co.id - Kabar mengejutkan sekaligus mengerikan datang dari Sri Lanka pada Minggu (21/4) kemarin. Ledakan terjadi di delapan titik di negara tersebut. Awalnya, ledakan terjadi di dua gereja, tapi kemudian dalam waktu yang tidak begitu lama ada ledakan lagi di beberapa gereja dan hotel Sri Lanka, termasuk wilayah Kolombo.
Informasi yang beredar hingga saat ini menyatakan bahwa ledakan itu sudah menewaskan 207 orang, sementara 450 lainnya mengalami luka-luka. Lebih lengkapnya, berikut enam fakta terkait peristiwa tersebut.
1. Pelaku Ikut Antre Makanan Sebelum Meledakkan Diri
Penegak hukum Sri Lanka mengatakan, setidaknya dua ledakan bom yang menyasar gereja serta hotel bintang lima merupakan serangan bom bunuh diri. Nah, salah satu hotel yang menjadi sasaran adalah Hotel Grand Cinnamon di mana si pelaku ternyata sempat mengantre sarapan bersama tamu yang lain.
Manajer hotel yang tidak ingin disebutkan namanya menuturkan, pelaku merupakan seorang tamu yang terdaftar dengan nama Mohamed Azzam Mohamed. Saat akan dilayani itulah, tersangka kemudian mengaktifkan bom yang sudah dibawanya dan meledak di restoran yang sedang padat pengunjung itu.
Baca Juga : Ledakan Terjadi di Gereja Sri Lanka Saat Paskah, 52 Orang Tewas
2. Paus Fransiskus dan Pemimpin Dunia Bereaksi atas Serangan Bom Sri Lanka
Pemimpin Gereja Katolik Paus Fransiskus menyampaikan ucapan dukacitanya kepada para korban di tengah perayaan Minggu Paskah di Lapangan Basilika Santo Petrus. "Saya ingin mengungkapkan kedekatan saya yang tulus kepada umat Kristen (Sri Lanka), yang terluka saat berkumpul dalam doa, dan kepada semua korban kekerasan," katanya seperti dikutip dari Vatican News.
Selain Paus Fransiskus, keprihatinan dan kecaman juga datang dari pemimpin di seluruh dunia atas serangan yang belum diklaim oleh kelompok tertentu itu. Perdana Menteri Inggris Theresa May meminta dunia bersatu untuk memastikan supaya tidak ada lagi pihak-pihak yang mencoba menebarkan teror di masa depan.
Kemudian Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menawarkan bantuan kepada korban ledakan. "Belasungkawa saya berikan kepada rakyat Sri Lanka atas serangan teroris di hotel dan gereja," ucap dia.
3. Warga Asing Jadi Korban Ledakan Bom
Di antara 207 korban tewas, Kementerian Luar Negeri Sri Lanka menyatakan 36 di antaranya merupakan warga negara asing yang masih diidentifikasi di kamar jenazah Colombo. Diwartakan BBC, terdapat lima warga negara Inggris dengan dua di antaranya juga memegang paspor AS. Kemudian ada tiga warga negara Denmark.
Selain itu, ada juga satu warga Portugal, tiga warga India. Kantor berita Anadolu melaporkan ada juga dua teknisi dari Turki, serta seorang pria Belanda.
4. Kemenlu RI Pastikan Tak Ada WNI Jadi Korban Serangan Bom
Kementerian Luar Negeri RI memastikan tidak ada warga negara Indonesia yang menjadi korban dalam peristiwa ledakan yang terjadi di Kolombo, Sri Lanka, Minggu (21/4/2019).
Direktur Perlindungan WNI dan Badan Hukum Kemenlu Lalu Muhammad Iqbal mengatakan, saat terjadi ledakan bom Srilanka, seorang WNI berinisial KW sedang berada di Hotel Shangri La. Namun, Kedutaan Besar RI di Kolombo sudah memastikan bahwa yang bersangkutan dalam keadaan selamat dan sudah dievakuasi oleh aparat keamanan Sri Lanka.
"Beberapa WNI lainnya yang menginap di Hotel Shangri La tidak berada di hotel saat kejadian," ujar Iqbal melalui keterangan tertulis, Minggu sore.
Baca Juga : Saat Teroris Korbankan Anak Dalam Aksi Bom, Apa yang Bisa Dilakukan?
5. Delapan Orang Ditahan atas Ledakan Bom
Perdana Menteri Ranil Wickremesinghe menyatakan otoritas telah menahan setidaknya delapan orang yang diduga mempunyai hubungan atas insiden ledakan bom. Kepada kantor berita AFP, Wickremesinghe menuturkan delapan nama yang ditangkap merupakan warga lokal. Namun tidak menutup kemungkinan jika ada keterlibatan orang asing di dalamnya.
6. Sudah Diperingatkan "Intelijen Asing" Sepuluh Hari Sebelumnya
Otoritas keamanan Sri Lanka dikabarkan sudah menerima peringatan akan adanya rencana pengeboman jauh-jauh hari sebelumnya melalui "dinas intelijen asing". Dalam unggahan di Twitter, Menteri Telekomunikasi Harin Fernando mengungkapkan surat intelijen itu sudah ditembuskan kepada penegak hukum Sri Lanka 11 April, atau 10 hari sebelumnya.
PM Wickremesinghe mengakui dia sudah menerima informasi tersebut. Namun, dia menyatakan tidak menerima informasi mengenai perkembangan terbaru. Karena itu, dia menyatakan investigasi harus dilaksanakan secepatnya soal mengapa aparat tidak menindaklanjuti peringatan akan adanya serangan tersebut.