Kabar Baik, Ilmuwan Ciptakan Plastik yang Bisa Didaur Ulang Berkali-kali

By Gita Laras Widyaningrum, Kamis, 9 Mei 2019 | 15:10 WIB
Ilustrasi kantung plastik. (LightFieldStudios/Getty Images/iStockphoto)

Nationalgeographic.co.id - Plastik sering ditemukan di tempat yang tidak seharusnya. Misalnya di titik terdalam lautan, pegunungan 'murni' Pyrenees, hingga makanan yang masuk ke dalam mulut kita. Tak dapat dipungkiri, sampah plastik sudah menjadi masalah global dan Bumi perlu sesuatu yang berkelanjutan. 

Para ilmuwan di Lawrence Berkeley National Laboratory yakin bahwa mereka telah membuat plastik yang mampu didaur ulang berkali-kali tanpa kehilangan kualitasnya. 

"Kebanyakan plastik tidak berhasil didaur ulang," ujar Peter Christensen, peneliti di Berkeley Lab's Molecular Foundry, dalam sebuah pernyataan.

"Meski begitu, kami telah menemukan cara baru untuk merakit plastik yang mempertimbangkan daur ulang dari sudut pandang molekul," imbuhnya. 

Baca Juga : Untuk Pertama Kalinya, Organ Tubuh Manusia Berhasil Dikirim dengan Drone

Kebanyakan plastik mengandung senyawa kimia seperti pengembang, pewarna, plasticizer (bahan aditif untuk meningkatkan ketahanan suatu material) yang bahkan tetap ada di sana meski sudah didaur ulang di pabrik. 

Beragam produk plastik ini--yang berasal dari mainan anak, kantung plastik, dll--dapat tercampur dengan senyawa lain di tanah kemudian membentuk material baru. Campuran plastik ini terkadang menghasilkan sesuatu yang tak terduga sehingga membuatnya semakin sulit didaur ulang. Pada akhirnya, plastik-plastik tersebut dibakar atau dibuang ke tempat pembuangan sampah karena tidak dapat digunakan lagi.

"Ini merupakan masalah besar. Kami telah melihat dampak sampah plastik yang mencemari ekosistem perairan. Dan tren ini kemungkinan akan semakin parah mengingat meningkatnya jumlah plastik yang diproduksi di hilir," papar Brett Helms, pemimpin penelitian sekaligus ilmuwan di Berkeley Lab's Molecular Foundry. 

Ingin mengatasi masalah pencemaran tersebut, para peneliti memutar otak untuk menemukan solusi baru. Mereka berencana membuat plastik menggunakan material bernama poli(diketoenamine) atau PDK. Dengan ini, monomer--struktur molekul yang dapat berikatan secara kimia dengan monomer lainnya untuk menyusun molekul polimer yang panjang dan berulang-ulang--dapat dibebaskan dari plastik dengan merendamnya dalam larutan yang sangat asam. 

Setelah 'terlepas' dari plastik, monomer tersebut dapat digunakan kembali untuk membuat desain polimer baru dalam berbagai bentuk, ukuran, dan warna. 

"Plastik PDK kami merupakan titik balik yang sangat baik. Mereka dibuat dari ikatan senyawa yang bisa dilepaskan secara selektif menggunakam asam yang kuat sehingga dapat kembali ke material asalnya," kata Helms.

"Kami dapat menunjukkan bagaimana material ini dapat dipisahkan dari bahan aditif yang biasanya ditambahkan ke plastik untuk tujuan estetika ataupun fungsional. Jika bahan aditif berhasil dilepaskan, maka kami bisa membuat plastik yang sama lagi. Menutup siklus plastik sekali pakai," tambahnya.

Baca Juga : Manakah Indra Manusia yang Paling Baik? Berikut Jawaban Peneliti

Fleksibilitas senyawa ini memungkinkan plastik dipecah kembali kemudian digunakan untuk membuat barang lain. Sebagai contoh, plastik dari pelindung smartphone bisa didaur ulang menjadi karet jam tangan. Dengan PDK, kita mungkin bisa merevolusi statistik sampah plastik secara signifikan. Terutama dari 5-13 juta ton plastik yang mengalir ke lautan setiap tahunnya. 

Tidak hanya itu, menurut United Nations Environment, ada satu juta botol plastik yang dibuang setiap menit dan 300 juta ton sampah plastik diproduksi setiap tahunnya. Bahan yang digunakan memang didesain untuk digunakan sekali pakai dan langsung buang. 

"Keberhasilan atau kegagalan memperkenalkan plastik baru berbasis PDK ini ke pasaran, bergantung pada beberapa pertimbangan. Di antaranya ekonomi pembuatannya, kemanjuran infrastruktur daur ulang, serta kemampuan kami dalam mengolahnya kembali menjadi produk tertentu," papar Helms.

"Meskipun terlihat berbelit-belit, tapi ini juga menjadi waktu yang menyenangkan untuk mempertimbangkan seperti apa masa depan plastik."

"Bersaing dengan plastik yang ada adalah pertempuran yang sulit. Plastik itu murah," tambah Christensen ke IFLScience "Salah satu masalah mendasar terbesar dengan daur ulang secara umum adalah bahwa orang yang menghasilkan uang dari menjual produk plastik bukan orang yang sama yang menghasilkan uang dari mengumpulkan dan mendaur ulang plastik. "

Baca Juga : Gelang ini Dapat Berubah Warna Saat Mendeteksi Obat Bius dalam Minuman

Christensen menambahkan, bersaing dengan plastik yang sudah ada saat ini akan menjadi pertempuran sengit. Sebab, harga plastik yang biasa kita gunakan sudah sangat murah.

"Jadi, kunci untuk mempopulerkan plastik PDK adalah menemukan pasar yang tepat dari awal. Penting juga untuk mencari konsumen  yang sangat peduli dengan daur ulang," ungkapnya. 

Selanjutnya, tim berharap dapat mengembangkan plastik PDK dengan sifat termal dan mekanik untuk digunakan dalam tekstil, pencetakan 3D, dan busa. Mereka juga berusaha membuat platformnya 'lebih hijau' dan berkelanjutan.

Studi ini dipublikasikan dalam jurnal Nature Chemistry.