Nationalgeographic.co.id - Pada 23 Mei, para pelestari dan kaum peduli Bumi memperingati Hari Penyu Dunia. Peringatan ini telah berlangsung sejak tahun 2000 silam.
Tentu ada makna tersendiri mengapa para pelestari menjadikan tanggal 23 Mei sebagai Hari Penyu Dunia. Ya, peringatan ini dibuat untuk mendorong warga dunia menyelematkan penyu dan kura-kura, yang populasinya terus menurun.
Terlebih lagi, beberapa waktu lalu ada sebuah studi yang melaporkan, dari tujuh spesies penyu yang ada, masing-masing dari mereka diketahui memiliki mikroplastik dalam perutnya.
Mikroplastik merupakan partikel yang berukuran kurang dari lima milimeter. Para peneliti khawatir serabut ini dapat membawa bakteri atau virus uang menginfeksi penyu atau mengubah sel mereka.
Baca Juga: Menjaga Keberlangsungan Penyu di Kepulauan Seribu
"Hasil studi ini menambah bukti bahwa kita semua harus mengurangi jumlah sampah plastik di laut kita. Juga menjaga agar laut tetap bersih, sehat, dan produktif bagi generasi mendatang," kata dr. Penelope Lindeque, peneliti dari Plymouth Marine Laboratory dalam sebuah pernyataan.
Menurut studi yang dipublikasikan pada Global Change Biology, perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui efek jangka panjang mikroplastik pada hewan laut tersebut.
"Ukuran mikroplastik yang sangat kecil berarti mereka dapat melewati sistem pencernaan penyu tanpa penyumbatan. Meski begitu, penelitian masa depan harus fokus pada apakah mikroplastik mungkin memengaruhi organisme air lainnya yang memiliki tubuh lebih lunak," papar Dr. Emily Duncan, pemimpin penelitian.
Baca Juga: Penyu Terkecil di Dunia Terancam Punah, Mungkinkah Kita Penyebabnya?
Para ahli ekologi mengumpulkan sampel dari 102 penyu dari Samudra Atlantik dan Pasifik, serta Laut Mediterania. Mereka menemukan 800 partikel serat sintetis yang berasal dari pembungkus rokok, pakaian, dan jaring ikan.