Bisakah Penyu dan Kura-Kura Bertahan Hidup Tanpa Tempurungnya?

By National Geographic Indonesia, Senin, 27 Mei 2019 | 16:39 WIB
Kura-kura raksasa di Kepulauan Galapagos. (Vladimir_Krupenkin/Getty Images/iStockphoto)

Nationalgeographic.co.id - Penyu dan kura-kura identik dengan tempurung di tubuhnya. Cangkang atau tempurung yang ada pada penyu dan kura-kura merupakan satu kesatuan tubuh yang tidak bisa begitu saja dipisahkan. Cangkang penyu dan kura-kura terbuat dari keratin dan tulang keras kaku yang tumbuh di punggung dan rongga dada.

Dari penjelasan singkat itu, dapat disimpulkan bahwa kura-kura dan penyu tidak bisa hidup tanpa cangkang mereka. Kecuali, ada penyu dan kura-kura yang terlahir cacat tanpa cangkang.

Baca Juga: Menghindari Kontak dengan Manusia, Cara Simpanse Afrika Bertahan Hidup

Melansir Science Trends, cangkang penyu dan kura-kura melindungi organ vital seperti hati, perut, ginjal, jantung, dan usus.

Meski terbuat dari tulang keras, tapi kura-kura tetap dapat memasukkan kepala, keempat kaki, dan ekor mereka ke dalam cangkang untung berlindung.

Dalam video berjudul "Could a turtle live outside its shell?" yang beredar di Youtube, pembawa acara siaran yang bernama Doug menjelaskan bahwa penyu dan kura-kura berbeda dengan kepiting pertapa. 

Kepiting pertapa memang tinggal di dalam cangkang, tapi cangkang itu bukan bagian dari tubuh sehingga mereka bebas keluar masuk cangkang.

Pada penyu dan kura-kura yang terlahir normal, tidak demikian. Cangkang penyu dan kura-kura terbagi menjadi dua bagian. Cangkang atas yang menutupi punggung disebut karapas dan bagian bawah yang menutupi perut disebut plastron.

"Kedua bagian ini sangat keras. Jika diperhatikan, pada cangkang atas dan bawah ada lapisan kulit yang saling terhubung dan tidak ada celah di antaranya," ujar Doug dalam videonya. Karapas dan plastron disambungkan oleh struktur tulang yang disebut bridges. 

Baca Juga: Penemuan Fosil Jamur Berumur Satu Miliar Tahun Ini Bisa Mengubah Teori Evolusi di Darat

Menurut sejumlah penelitian, kura-kura purba di masa lalu tidak memiliki tulang atau tempurung sekomplit kura-kura modern. Dari sejumlah fosil kura-kura purba, para ahli hanya menemukan tulang belakang yang panjang.

Berdasar temuan-temuan itu, para ahli berpendapat bahwa kemungkinan besar tulang belakang itu terus tumbuh membesar hingga akhirnya berevolusi membentuk tempurung seperti yang kita lihat saat ini.