Terumbu Karang Rusak, Otoritas Thailand Tutup Pantai Buat Wisata. Apakah Indonesia Berani Mencontohnya?

By , Selasa, 28 Mei 2019 | 11:48 WIB
ilustrasi terumbu karang (gracethang)

Nationalgeographic.co.id -Thailand telah terkenal dengan industri wisata yang mapan untuk di kawasan Asia Tenggara, bahkan Asia. Negeri gajah putih ini menuai pendapatan yang besar dari industri pariwisata yang dikelola secara terstruktur dan sistematis.

Itu sebabnya, kunjungan wisatawan mancanegara ke negeri monarki itu mencapai puluhan juta orang. Tentu, kita bisa bayangkan pula dampak atas kunjungan itu terhadap alam sekitarnya.

Baca Juga: Limpasan Banjir Cemari Great Barrier Reef, Terumbu Karang Terancam Rusak

Terumbu karang rusak (NOAA)

Beberapa waktu lalu, para pejabat Thailand dan pakar ekologi berharap keputusan untuk menutup sebuah kawasan pantai yang paling terkenal untuk masa dua tahun lagi akan menjadi pelajaran bagi tempat-tempat lain yang terkena dampak turisme massal.

“Saya kira kita akan melihat lebih bayak hal seperti ini, bukan hanya di Asia Tenggara, tapi juga di seluruh dunia,” kata Mark Erdmann, wakil ketua Program Kelautan di Asia Pasifik, yang merupakan bagian dari lembaga konservasi internasional.

Departemen Taman Nasional Thailand mengumumkan perpanjangan penutupan kawasan pantai Teluk Maya itu supaya terumbu karang yang rusak bisa pulih kembali.

Baca Juga: Coral Bleaching, Fenomena Hilangnya Warna Indah Terumbu Karang

Terumbu karang warna-warni di bawah laut Raja Ampat. (Velvetfish/Getty Images/iStockphoto)

Kawasan itu ditutup satu tahun yang lalu dan para petugas telah menanam kembali terumbu karang untuk menggantikan karang-karang yang rusak karena banyaknya turis yang berkunjung tiap hari.

Sebelum dinyatakan tutup, kawasan itu menarik kunjungan sekitar 5,000 turis tiap harinya, dan kira-kira 90 persen terumbu karang di teluk itu telah mati, kata kepala taman nasional Songtam Suksawang.

Baca Juga: Tikus Berkontribusi Pada Kerusakan Terumbu Karang, Mengapa Begitu?

Kata Songtam, banyak pejabat lingkungan dari Asia, seperti Korea dan Jepang datang ke Teluk Maya untuk mempelajari kerusakan alam itu dan usaha pemulihannya. (ii/VOA Indonesia)