Mengenal Kisah Naga Sadhu, Petapa Suci dan Sakti Pengikut Dewa Siwa

By Afif Khoirul M, Jumat, 31 Mei 2019 | 15:25 WIB
()

Nationalgeographic.co.id - Dengan penampilan fisik yang tertutup abu dan rambut gimbal kusut, mereka bukanlah orang sinting atau orang-orang buangan, melainkan pengikut dari Dewa Siwa.

Setelah mengucap sumpah selibat, orang-orang ini meninggalkan norma-norma sosial dan hidup di Himalaya. Mengambil kendali atas naluri dasar mereka dengan melucuti pakaian mereka.

Hidup dengan kemampuan untuk tetap dalam suhu dingin tanpa penutup, membuat Naga Babas sebagai kelompok yang sangat dihormati dari sadhus.

Naga Baba atau Sadhu Baba, dengan penampilan seperti itu tak heran, banyak orang yang belum pernah bertemu akan ketakutan.

Baca Juga: Intip Maalula, Desa yang Masih Gunakan Bahasa Kuno Masa Yesus Kristus di Suriah

Lalu siapakah sebenarnya Naga Baba ini?

Konon mereka adalah salah satu klan paling rahasia dalam sejarah India, dan mereka jarang berbicara tentang identitasnya dan kemampuan mereka.

Menurut cerita kuno India, sekitar 2.500 tahun yang lalu muncul seorang pria yang dikenal sebagai Adi Sankaracharya.

Filsuf terbesar di India, komentator produktif teks-teks kuno, penyair, penyelenggara terbesar dari tradisi kuno Yogi, pendiri ordo monastik yang dikenal sebagai Sannyasis.

Dia adalah orang yang membawa konsep Naga Sadhus.

Sekitar 1.500 tahun kemudian, sejumlah silsilah disebut Naked Yogis, atau Naga Babas yang berakar dari Sannyasis Shankaracharya muncul.

Meresmikan ikatan yang lebih kuno ke dalam sebuah asosiasi bernama The Akhara.

Mereka Adalah prajurit terlatih yang melindungi agama mereka dan disebut-sebut sebagai kelas ksatria dan dibagi seperti resimen di tentara.

()

Mereka tidak takut akan kematian dan membuat mereka marah adalah panggilan yang pasti untuk masalah.

Atribut mereka adalah corong trisula, pedang, tongkat, kerang, senjata lain dan alat musik yang mencerminkan status prajurit mereka.

Naga Sadhus hidup tanpa nama, dan tetap menjaga tradisinya meski hidup pada era modern ini.

Mereka tidak berinteraksi dengan masyarakat umum dan tinggal di gua, hutan dan jauh di dalam hutan.

Menjalani kehidupan yang sulit dan menyembah dewa tertinggi, Dewa Siwa, mereka percaya bahwa Dewa Siwa adalah Tuhan Yang Mahatinggi.

()

Mereka hidup dan menyatu dengan alam dan pertapaan adalah tanda dedikasi mereka kepada tuan mereka.

Meski memiliki penampilan yang hampir serupa jangan menyamakan Naga Baba dengan Sadhu Aghori.

Meski sama-sama makan daging hanya Sadhu Aghori yang mengkonsumsi daging manusia sedangkan Naga Baba tidak.

()

Baca Juga: Senandung Sendu Seniman Ketoprak Ketika Terseret Pusaran Geger 1965

Naga sadhus hidup di 'akharas' atau Himalaya dan biasanya mengunjungi peradaban selama festival 'mahakumbh' di india untuk mengambil bagian dalam kemurnian kudus.

Aghoris biasanya hidup sebagai pengembara dan lebih cenderung berada di dekat krematorium.

Karena mereka mandi di abu kremasi dan memakan daging yang busuk dan minum dari tengkorak manusia.