Di Balik Foto Langka Lawatan Pertama Soekarno ke Amerika Serikat 1956

By Mahandis Yoanata Thamrin, Selasa, 11 Juni 2019 | 08:00 WIB
Ruslan Abdulgani, Ny. Moekarto, Presiden Dwight Eisenhower dan Ibu Negara Mamie Eisenhower, Presiden Soekarno, Moekarto Notowidigdo di Amerika Serikat. (United States Information Service)
“Dua kali dalam sehari, saya telah menyatakan kekaguman saya untuk bangsa sebesar Amerika,” ujar Bung Karno.

“Dua kali dalam sehari, saya telah menyatakan kekaguman saya untuk bangsa sebesar Amerika,” ujar Bung Karno. “Dan, saya berharap untuk memiliki lebih banyak kesempatan, tidak hanya selama kunjungan ini tetapi dalam sepanjang hidup saya untuk mengungkapkan lagi dan lagi tentang kekaguman saya untuk rakyat Amerika yang besar.”

Dari arsip Office of the Historian, United States Department of State, esoknya Bung Karno berpidato di U.S. Congress di Washington. Kemudian. rombongan kenegaraan itu berlanjut mengunjungi beberapa penjuru negeri itu. Mereka melancongi Charlottesville di Virginia, Annapolis di Maryland, New York City, Philadelphia di Pennsylvania, Springfield di Illinois, Detroit di Michigan. Kemudian mereka berlanjut ke Grand Canyon di Arizona, Hollywood di Los Angeles, Salt Lake City di Utah, Jeram Niagara, dan Anaheim di California.

Presiden Soekarno bersama putra pertamanya, Goentoer Soekarno Putra yang berusia 12 tahun, berkunjung ke Lincloln Memorial, 1956. (Presiden Soekarno di Amerika Serikat)

TIDAK SEPERTI UMUMNYA kunjungan kenegaraan, pada kesempatan ini Sukarno tidak didampingi oleh ibu negara. Namun, anak sulungnya yang berusia 12 tahun, Guntur Soekarnoputra, justru turut dalam rombongannya. Pasalnya, sejak kehebohan pernikahannya dengan Hartini pada 1954, tampaknya hubungan Sukarno dan Fatmawati tak lagi harmonis. Atas alasan tak mau mengecewakan keduanya, dia memilih pergi seorang diri.

Sebuah foto koleksi Otto Ludwig Bettmann (1903-1998), pendiri Bettmann Archive yang dijuluki “The Picture Man”, menggambarkan keceriaan Sukarno dan putranya saat bertualang di Disneyland, California. Barangkali, Guntur merupakan anak Indonesia pertama yang beruntung melancongi taman dolanan bagi anak-anak Amerika itu.

Presiden Soekarno meninggalkan Gedung Supreme Court, yang berlokasi di One First Street, NE, Washington, Amerika Serikat. (United States Information Service)

“Dr. Achmed Sukarno, Presiden Indonesia, tengah melancongi AS bersama anak lelakinya,” demikian catatan pada foto tersebut. Tampak Sukarno dengan peci hitam dan jas bersama Guntur yang mengenakan jas dan topi cerah. Mereka tengah mengendarai wahana gajah bernama "Dumbo", salah satu karakter di Disneyland. “Dr. Sukarno tampak menikmati perjalanan wisata seantusias anak lelakinya.”

“Dr. Achmed Sukarno, Presiden Indonesia, tengah melancongi AS bersama anak lelakinya,” demikian catatan pada foto tersebut.

Sejumlah foto Sukarno di Amerika Serikat dan Indonesia koleksi Bettmann—bersama 19 juta foto lainnya—dijual kepada perusahaan foto stok digital Corbis pada 1995.

Kisah anekdot lain datang dari Eric Allen Johnston (1896-1963), seorang Presiden dari Motion Picture Association of America, mempunyai kisah lain tentang lawatan Sukarno di Hollywood. Sebuah buku riwayat hidup Eric yang ditulis Ralph A. Edgerton, "Hometown Boy Makes Good: The Eric Johnston Story", terbit dalam The Pacific Northwesterner Vol. 33, No. 4, 1989.

Baca juga:

Eric Johnston, Ann_Francis, Sukarno, Ann Miller, dan Dore Schary. Foto ketika kunjungan perdana Presiden Soekarno di Amerika Serikat, 1956. (United States Information Service)

Dalam sejarah lisan tentang Eric itu dikisahkan bahwa dia mengetahui Sukarno sebagai seorang sosok yang kerap menawan hati wanita. Atas alasan itulah Eric membawa Sukarno ke Beverly Hills Hotel,  Hollywood. Acara santap malam bersama pesohor film dan selebritas pun digelar. Salah satu undangannya adalah Marilyn Monroe—penyanyi, bintang film, sekaligus simbol seks Amerika. Eric telah berencana menempatkan Marilyn untuk menyambut Sukarno.

Akhirnya Bung Karno tiba dalam jamuan makan malam itu. Seperti yang telah direncanakan, Marilyn bergegas menjumpai tamu agung itu. Semua berjalan lancar kecuali dalam hal percakapan pembuka, demikian sejarah lisan dalam biografi Eric. Namun, bukan soal tulisan di banyak media perihal Marilyn yang menyapa Sukarno dengan sebutan “Prince”, alih-alih “Presiden”.