Presiden RI pertama lahir di Surabaya pada 6 Juni 1901. Rumah tempat kelahirannya di Kampung Pandean pun telah menjadi cagar budaya. Bagaimana kondisinya?
Sukarno lahir di rumah sederhana beralamat Pandean gang IV no.40, Kelurahan Peneleh, Kecamatan Genteng, Kota Surabaya. Di atas pintu rumah terpasang plakat berwarna kuning keemasan bertuliskan "Rumah Kelahiran Bung Karno" dengan logo Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya.
Azhari, seorang warga asli Kampung Pandean yang berusia lanjut, menyampaikan bahwa rumah tersebut sudah empat sampai lima kali pindah tangan kepemilikan.
Baca juga: Juan Pujol, Mata-mata yang Memalsukan Kematiannya Selama 36 Tahun
Azhari mengatakan berdasarkan cerita yang dia dapat dari orang-orang tua di kawasan itu, ayah Sukarno yaitu Raden Soekemi Sosrodihardjo merupakan salah satu pendatang di kampung Pandean, dan pindah beberapa tahun kemudian dari daerah tersebut.
Sukarno remaja, menurut cerita yang didapat Azhari, kembali lagi ke kawasan Pandean dan Peneleh
"Dulu Bung Karno dulu masa kecilnya biasa-biasa saja, setelah beliau remaja, datang lagi ke daerah Pandean-Peneleh utk belajar agama, politik dan pergerakan bersama dengan HOS Cokroaminoto, di daerah ini dulu tumbuh subur organisasi pergerakan dan kepemudaan," tukas Azhari.
Penelusuran rumah Sukarno
Penelusuran rumah tempat kelahiran Sukarno dilakukan Institut Sukarno sejak 2007 lalu.
Pendiri lembaga Intitut Sukarno, Peter A Rohi mengatakan kajian dari sejumlah buku diketahui Sukarno pernah tinggal di Kampung Pandean- dan Peneleh.
"Berdasarkan buku yang kami kaji buku-buku sebelum tahun 66, disebutkan Sukarno lahir di kawasan Pandean dan pernah tinggal kawasan Pandean dan Peneleh ketika remaja, kami pun mencari informasi dari warga yang tinggal di daerah itu untuk mengkonfirmasinya," jelas Peter.
Berdasarkan keterangan dari warga setempat itulah, menurut Peter, dia mengetahui lokasi tempat Sukarno dilahirkan.
Membedah Target Ambisius Mozambik Memaksimalkan Potensi 'Blue Carbon' Pesisirnya
Source | : | BBC Indonesia |
Penulis | : | National Geographic Indonesia |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR