Tak Mampu Fotosintesis, Tanaman Parasit nan Cerdas Ini Punya Strategi yang Mengagumkan

By , Jumat, 7 Juni 2019 | 16:36 WIB
Rafflesia bengkuluensis yang mekar pada 21 Januari 2015 di Desa Manau Sembilan Kecamatan Padang Guci (Citra Anastasia)

Sementara pada Rafflesia arnoldii yang ukurannya jauh lebih besar, kuncup bunganya bahkan tidak sampai 10 buah.

Bibit yang berhasil tumbuh menjadi kuncup belum tentu bisa bertahan sampai mekar. Kebanyakan mati di tengah jalan lantaran kekurangan nutrisi dan air, atau dimangsa hewan pengerat.

Berbagai karakteristik lain yang menyertai tumbuhan ini pun merupakan bagian dari strategi untuk membatasi populasinya dan melindungi dirinya dari kepunahan.

Misalnya jumlah bunga jantan dan betina yang tak seimbang dan nyaris tak pernah mekar pada saat bersamaan.

Rafflesia arnoldii dan tunasnya. (Titania Febrianti)

Di habitat aslinya di Pangandaran, bunga Rafflesia patma yang tumbuh kebanyakan berkelamin jantan, sedangkan di Kebun Raya Bogor justru betina.

Waktu mekarnya cuma beberapa hari kemudian layu dan busuk. Masa penyerbukannya pun teramat singkat, sekitar 8 jam.

“Ada banyak bottle neck dalam proses daur hidup rafflesia yang membuat peluang terjadinya penyerbukan sangat kecil.”

Bottle neck bukan hanya terdapat pada rafflesia sendiri, melainkan juga inangnya. Rafflesia hanya mau hidup pada inang tertentu. Masih ada syarat lain.

Foto ini memperlihatkan sebuah penemuan terbaru dari tanaman bergenus Rafflesia, yang dinamakan Raff (Nisrina Darnila)