Perburuan paus memainkan peran penting di Jepang pasca Perang Dunia II. Pada 1946, ketika ekonomi mereka hancur dan tidak ada sumber makanan yang cukup, Mayor Jenderal AS Douglas MacArthur yang mengawasi Jepang pascaperang, memerintahkan agar dua tank milikter digunakan sebagai kapal penangkap paus. Sejak saat itu, daging-daging paus dibagikan ke sekolah-sekolah Jepang dan generasinya tumbuh dengan mengonsumsi paus.
Alasan mengapa saat ini perburuan paus dilakukan kembali masih belum jelas–meskipun Jepang beberapa kali mengatakan mereka ingin ‘melestarikan’ budaya dan tradisi makan paus.
Baca Juga: Suhu Panas Memengaruhi Kesuburan Hewan, Bagaimana dengan Manusia?
Namun, jika dilihat polanya, di masa sekarang, daging paus juga tidak menjadi bagian dari kebiasaan makan orang Jepang. Permintaan akan daging paus pun rendah.
Beberapa pihak sempat melakukan poling dalam beberapa tahun terakhir dan menemukan bahwa hanya sedikit warga Jepang yang makan daging paus. Hanya generasi tua yang mengingat sempat memakannya saat kecil.
Diketahui bahwa Jepang bukan satu-satunya negara yang mengabaikan moratorium IWC. Norwegia keberatan dengan larangan tersebut dengan alasan budaya dan tahun lalu meningkatkan kuota perburuannya dari 999 pada 2017 menjadi 1.278 paus pada 2018. Islandia meninggalkan kesepakatan pada 1992 dan melanjutkan penangkapan paus pada 2006.