Nationalgeographic.co.id – Ada terlalu banyak paus abu-abu yang terdampar di pantai-pantai Washington tahun ini. Akibatnya, National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) kehabisan ruang untuk mengubur bangkai hewan tersebut.
Setelah kematian 70 paus abu-abu di sepanjang garis pantai AS pada tahun ini, organisasi lokal mengalami kesulitan untuk mengubur hewan besar yang memiliki ukuran hingga 12 meter tersebut.
Pemerintah sendiri bahkan sudah memiliki tanah pribadi di pesisir laut yang mereka gunakan untuk membiarkan paus membusuk.
Baca Juga: Pemandangan Langka, Ditemukan Buaya dengan Pisau yang Menancap di Kepalanya
Jumlah paus terdampar pada 2019 memang yang paling terbesar sejak 2000. NOAA menyatakannya sebagai Unusual Mortality Event (UME) yang berarti kematian signifikan yang tidak biasa dan memerlukan penyelidikan lebih lanjut.
Negara bagian Washington telah melihat 30 paus mati di sekitar Puget Sound dan Salish Sea–terbanyak sejak 20 tahun. Mengingat beberapa tempat sudah penuh, mereka tidak tahu lokasi mana lagi yang bisa digunakan agar bangkai paus dapat terurai secara alami.
Untuk sementara, NOAA mengimbau agar warga di pinggir pantai secara sukarela dapat menyediakan tanahnya sebagai tempat peristirahatan terakhir paus.
Pihak NOAA mengatakan, dengan merelakan tanahnya, para pemilik dapat membantu mendukung proses alami lingkungan laut. Kerangka paus nantinya akan kembali dikumpulkan NOAA agar bisa digunakan untuk tujuan pendidikan.
Satu keluarga di Washington telah setuju dengan hal tersebut. Mereka saat ini telah menampung bangkai paus jantan berukuran 12 meter di properti mereka. Stefanie Worwag dan Mario Rivera sendiri memang merupakan relawan untuk mamalia yang terdampar. Mereka mengambil bangkai paus yang terdampar di pantai utara Port Ludlow kemudian membiarkannya terurai di tanah miliknya.
“Kami ingin mengetahui berapa lama waktu yang dibutuhkan agar bangkai mereka bisa terurai. Berapa banyak kesempatan yang bisa didapatkan untuk melihat sesuatu seperti ini terjadi di depan mata Anda?” kata Rivera.
Ditanya apakah merasa terganggu dengan bau bangkai paus, Rivera menjawab: “Sebenarnya, tidak terlalu buruk”.
Ia menambahkan, Science Center menggunakan kapur terhidrasi untuk mempercepat dekomposisi dan menutupi baunya.