Mantan Pelayan yang Menangkis Serangan Udara
Ady Erlianto Setyawan, salah satu pegiat sejarah dan pendiri komunitas sejarah Roodeburg Soerabaia, menemukan koran-koran lawas di State Library Victoria, Melbourne. Peristiwa jatuhnya pesawat pihak Inggris di Surabaya telah beredar di sederet surat kabar Australia seperti The Cairns Post, Kalgoorlie Miner, dan Barrier Daily pada edisi 18 Desember 1945.
Surat kabar The Cairns Post melansir bahwa pihak Inggris menyatakan telah kehilangan sebanyak 14 pesawat semenjak operasi militer pada paruh kedua 1945. Para perwira mereka, sambungnya, mengakui kehebatan para artileri Republik dengan mengatakan “tembakan artileri antiudara mereka sama hebatnya dengan Jerman”.
Ia menyodorkan satu nama kepada saya, berkait sosok melegenda yang diduga sebagai operator meriam penangkis serangan udara sepanjang pertempuran Surabaya. Nama arek Surabaya penembak pesawat RAF itu adalah Gumbreg.
Bung Tomo, rekan seperjuangan K'tut Tantri di Radio Pemberontakan, menulis kenangannya dalam buku bertajuk 10 November, yang diterbitkan oleh Usaha Penerbitan Balapan Djakarta pada 1951. Kemudian cetakan keduanya diterbitkan oleh Visimedia pada 2008, bertajuk Pertempuran 10 November 1945, Kesaksian & Pengalaman Seorang Aktor Sejarah.
Pemberitaan The Cairns Post dan memoar Bung Tomo tampaknya memiliki kemeripan peristiwa. Dalam memoarnya, Bung Tomo menulis bahwa "Gumbreg, seorang pemuda bekas pelayan kantor dagang yang kemudian terkenal sebagai penembak pesawat udara yang terkemuka di daerah pertempuran Surabaya." Kemudian Bung Tomo melanjutkan, "karena telah lebih dari 10 pesawat musuh terkena tembakan meriamnya."
Bagaimana nasib Gumbreg? Apakah atas prestasinya dia kelak naik pangkat sebagai perwira?
Ady pernah mewawancarai seorang veteran pertempuran Surabaya, Hario Kecik. Menurut pemeriannya, setelah mundur meninggalkan Kota Surabaya, Gumbreg gugur di wilayah Mojokerto. Menurutnya, sang operator meriam penangkis serangan udara itu gugur di atas meriamnya saat menghadapi serangan pesawat Inggris. Seorang rekan Gumbreg telah memberikan kesaksian tersebut kepada Hario Kecik.
"Beliau terkena tembakan pesawat yang mengenai pinggang," catat Ady dalam bukunya yang bertajuk Benteng-benteng Surabaya. "Pesawat Inggris itu akhirnya juga hancur bersama pilotnya dalam jibaku melawan Gumbreg."
Mencari Sosok Sejati Nama "W. Daniells" yang Misterius
Ady juga menjumpai rilis pesawat jatuh di laman Royal Air Force Commands. Dokumen itu menerangkan peristiwa jatuhnya pesawat Thunderbolt karena tertembak meriam Bofors tipe "ack-ack" atau meriam penangkis serangan udara pada pagi hari, 17 Desember. Beruntung sang penerbang berhasil menyelamatkan diri, kendati pada akhirnya tertangkap pihak Republik.
"Satu regu segera bergegas untuk berpatroli di lokasi kecelakaan, sementara upaya lain dilakukan untuk mengatur misi penyelamatan bersama Angkatan Darat," demikian teks dalam dokumen itu. "Satu-satunya hal yang bisa dilakukan adalah mempertahankan patroli sepanjang siang hari, sementara unit lain melakukan penyisiran. Misi penyelamatan itu kembali ke Surabaya tanpa membawa berita tentang nasib penerbang yang hilang. Melalui layanan Pemantauan Radio, kita mengetahui bahwa ia diserahkan kepada pihak berwenang Indonesia dan diberikan tindakan medis. Negosiasi untuk kepulangannya berlangsung melalui perdana menteri indonesia."
Laman Royal Air Force Commands mengungkapkan nama penerbang malang itu adalah "F. Sgt. A.W. Davidson" yang berasal dari Skuadron 60. Saya dan Ady sama-sama memiliki dugaan sangat kuat bahwa dialah yang disebut sebagai "W. Daniells" dalam autobiografinya K'tut Tantri. Sebaliknya, nama "W. Daniells" tidak pernah muncul dalam dokumen RAF. "Nama-nama di memoar K'tut sebagian besar disamarkan, ungkap Ady. "Tapi kalau dilihat timeline dan lokasi kejadian kan sesuai."
Hari yang dinanti pun tiba. Dalam memoar K'tut Tantri, kedua tawanan itu diterbangkan dari Yogyakarta ke Jakarta. Sesaat sebelum keduanya berangkat, demikian Tantri berkisah, Daniells memberikan ucapan selamat tinggal yang cukup berani, meski di depannya berdiri para perwira Inggris.
”Selamat tinggal,” ujar sang penerbang muda itu seperti yang dikutip Tantri. “Mudah-mudahan negara Anda berhasil merebut kemerdekaan dengan segera. Merdeka! Tetap merdeka!”
Baca: Fotax Membekukan Masa Lalu Surabaya