Inilah Alasan Kita Rentan Meninggal Akibat Serangan Jantung

By Gita Laras Widyaningrum, Rabu, 24 Juli 2019 | 16:46 WIB
Ilustrasi penyakit jantung. (Stevanovicigor/Thinkstock)

Nationalgeographic.co.id – Manusia memiliki kecenderungan mati mendadak karena serangan jantung yang penyebabnya tidak jelas. Menurut sebuah studi terbaru yang dipublikasikan pada Proceedings of the National Academy of Sciences, kesalahan ini terletak pada gen tunggal yang tidak aktif pada manusia akibat mutasi nenek moyang kita sekitar dua atau tiga juta tahun lalu.

Aterosklerosis adalah salah satu bentuk penyakit kardiovaskular yang ditandai dengan penyumbatan pembuluh darah. Ia juga merupakan penyebab utama kematian manusia di seluruh dunia–sekitar sepertiga dari semua kematian.

Dalam banyak kasus, aterosklerosis disebabkan oleh faktor-faktor seperti obesitas, hipertensi, kebiasaan merokok, dan kolesterol darah.

Baca Juga: Mengenal Dysania, Penyakit yang Membuat Kita Susah Bangun Pagi

Serangan jantung yang tiba-tiba dan sulit dijelaskan ini, tidak terjadi pada spesies lain, termasuk kerabat terdekat kita seperti simpanse. Dan alasannya ada pada molekul gula tunggal Neu5Gc yang ditemukan di permukaan sel semua hewan, tapi tidak pada manusia.

Gen yang mengode Neu5Gc disebut CMAH, tampaknya sudah ‘dinonaktifkan’ oleh leluhur awal kita beberapa juta tahun lalu. Salah satu teori awal mengatakan bahwa eliminasi Neu5Gc terjadi sebagai respons evolusi terhadap bentuk kekebalan terhadap malaria.

Maju ke masa sekarang, manusia modern memang masih kebal terhadap jenis malaria tertentu, sementara kera dan simpanse tidak. Namun, ada harga yang harus dibayar atas ketahanan kita terhadap penyakit tersebut.

Baca Juga: Sering Naik Kendaraan Umum? Ini yang Bisa Dilakukan Agar Tak Mudah Tertular Penyakit

Dalam sebuah eksperimen, para peneliti meninaktifkan gen CMAH pada tikus laboratorium, yang membuatnya kekurangan Neu5Gc. Hasilnya menunjukkan, dibanding tikus lainnya, mereka yang menjadi objek eksperimen memiliki risiko 1,9 kali mengidap aterosklerosis.

Kondisinya semakin buruk ketika mereka diberikan daging merah: yakni risiko aterosklerosis meningkat 2,4 kali lipat dibanding tikus normal.

Dengan kata lain, hasil studi ini juga menunjukkan bahwa terlalu banyak makan daging merah, secara signifikan dapat meningkatkan peluang mengidap penyakit kardiovaskular.