Nationalgeographic.co.id - Dysania adalah kondisi yang menggambarkan seseorang yang kesulitan bangun dari tempat tidur. Walaupun mereka sudah bangun dengan mata terbuka lebar, keinginan untuk berada di kasur bisa sangat kuat sehingga butuh waktu 2 jam atau lebih agar bisa meninggalkan kasur.
Kondisi ini berbeda dengan malas. Malas lebih mengarah pada sikap menunda-nunda waktu untuk bangun. Sementara dysania mengarah pada ketidakmampuan kronis untuk meninggalkan tempat tidur.
Baca Juga: Mendadak Lupa? Mungkin Anda Mengalami Hilang Ingatan Jangka Pendek
Orang dengan kondisi ini melaporkan bisa bertahan di tempat tidur selama berhari-hari. Bahkan, mereka merasakan keinginan untuk kembali ke tempat tidur setelah mencoba bangun.
Hal ini akan terjadi berulang-ulang. Kondisi ini pun membuat mereka kesulitan untuk bangun pagi dan memulai aktivitas.
Ketimbang penyakit, dysania sebenarnya lebih umum dikenal sebagai gejala, walaupun belum diakui banyak ahli kesehatan. Namun, sebuah studi yang diterbitkan pada Public Library of Science pernah menyebutkan kondisi ini.
Kemungkinan besar, dysania (kebutuhan untuk tetap berada di tempat tidur tanpa tidur) disebabkan oleh depresi. Gangguan mood ini menyebabkan rasa sedih berlarut-larut sehingga tubuh jadi lelah dan kehilangan energi.
Selain itu, penyakit susah bangun pagi ini juga lebih umum terjadi pada orang dengan masalah kesehatan, seperti:
Salah satu pengobatan yang biasanya digunakan untuk mengatasi dysania adalah antidepresan. Sebab banyak orang yang mengalami dysania sebenarnya memiliki depresi.
Jika tidak ditangani sama sekali, depresi bisa bertambah buruk dan cenderung membuat pasiennya melakukan tindakan berbahaya, contoh ekstremnya bunuh diri.
Terlalu lama berada di tempat tidur dapat menyebabkan tidur berlebihan. Ini erat hubungannya dengan kurangnya aktivitas dan risiko penyakit jantung dan stroke yang lebih besar.
Penyakit susah bangun pagi, alias dysania, tidak hanya ditangani dengan antidepresan. Pengobatan akan disesuaikan dokter dengan masalah medis yang mendasarinya.
Baca Juga: Studi: Bermain dengan Anjing dan Kucing Bagus untuk Redakan Stres
Selain itu, dokter maupun terapis akan membantu pasien untuk memperbaiki kualitas tidur, dengan cara:
Source | : | Hellosehat.com |
Penulis | : | National Geographic Indonesia |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR