Ceria Bersama Anak-anak Dreamable, Dari Impian Menjadi Kenyataan

By Sysilia Tanhati, Minggu, 28 Juli 2019 | 20:12 WIB
Para siswa sekolah Dreamble bernyanyi dan berjoget bersama saat acara peringatan Hari Anak Nasional di Balai Seni barli, Parahyangan, Kertajaya, Bandung, Jawa Barat. Acara ini diselenggarakan bersama PT Pertamina (Persero) TBBM Bandung Group. (Rahmad Azhar Hutomo)

Tawa ceria anak-anak terdengar ketika memasuki Desa Kertajaya Creative Destination. Sekitar 20 anak dari Sekolah Hidayah melakukan beberapa kegiatan dalam rangka memperingati hari anak nasional. Seperti belajar bermain angklung, mewarnai di atas talenan, dan menonton panggung boneka tentang kesehatan.

Sekolah Hidayah merupakan sekolah inklusi bagi anak berkebutuhan khusus yang tinggal di sekitar wilayah Desa Tegalluar, Bojongsoang, Kabupaten Bandung Barat.

Berawal dari keprihatinan terhadap anak berkebutuhan khusus yang tidak mendapatkan pendidikan, Yulianti tergerak untuk mendidik anak-anak ini.

Pada acara ini siswa juga diajak untuk mengekspresikan dirinya melalui pohon harapan yang dicap dengan telapak tangannya berlumur warna cat. Pohon harapan ini memberikan pengajaran ke siswa agar berani menaruh cita-cita setinggi-tingginya. (Rahmad Azhar Hutomo)

Tidak mudah membujuk orang tua agar mau menyekolahkan anaknya. Beberapa orang tua merasa malu malu memiliki anak berkebutuhan khusus sehingga cenderung menyembunyikannya di dalam rumah. Tidak sedikit yang skeptis akan kemampuan anaknya. Namun penolakan demi penolakan tidak membuat Yulianti dan rekan-rekannya putus asa.

Baca juga: Ibu-ibu 'Flamboyan' Bertanam Sayur Demi Kelestarian Bandung

Lain halnya dengan Ida Reni, ibu Iksal. Setelah mengalami situasi yang tidak menyenangkan di sekolah umum, Iksal justru merasa senang di sekolah Hidayah. “Pernah satu hari saya harus kerja dan tidak bisa mengantar Iksal. Saya suruh bolos aja, dia ga mau,” papar Ida. Menurut Ida, anaknya senang karena mendapatkan banyak perhatian dan kasih sayang dari para guru di Sekolah Hidayah. Melihat anaknya senang, Ida pun semakin bersemangat.

Saat ini, sekolah mendidik 35 siswa berusia 6-22 tahun. Semua anak diajarkan membina diri seperti mandi, memakai baju, atau menyikat gigi. Selain itu, anak-anak juga diajarkan melukis dan mewarnai, berkebun, budidaya lele, membuat kerajinan tangan, serta olahraga.

Metode pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus memang memerlukan cara dan pendekatan yang khusus. Kesabaran ekstra, penuh kasih sayang  serta dedikasi tanpa batas perlu dimiliki oleh sang pendidik. Hal ini merupakan kunci sukses mewujudkan  anak berkebutuhan khusus menjadi mandiri. “Kami ingin mewujudkan mimpi menjadi kenyataan,” tutur Cecep Hidayah, ketua Yayasan Hidayah.

Bambang Soeprijono (tengah), Operation Head PT Pertamina (Persero) TBBM Bandung Group, selaku perwakilan dari Pertamina MOR III memberikan bantuan satu unit mobil secara simbolis kepada sekolah Dreamable yang diwakilkan oleh Cecep Hidayah (kanan), Ketua Yayasan Hidayah dan disaksikkan Nakis Bandiah Barli (kiri), perwakila (Rahmad Azhar Hutomo)

Baca juga: Asa Tak Terbatas dalam Mendidik dan Mengembangkan Anak Berkebutuhan Khusus

Dedikasi para guru dalam mengajar juga patut diacungi jempol. Jika orang tua kesulitan untuk mengantarkan anaknya, guru akan menjemput anak dengan motor. Kelas kunjung juga dilakukan bagi anak yang diperbolehkan untuk ke sekolah.