Tawa ceria anak-anak terdengar ketika memasuki Desa Kertajaya Creative Destination. Sekitar 20 anak dari Sekolah Hidayah melakukan beberapa kegiatan dalam rangka memperingati hari anak nasional. Seperti belajar bermain angklung, mewarnai di atas talenan, dan menonton panggung boneka tentang kesehatan.
Sekolah Hidayah merupakan sekolah inklusi bagi anak berkebutuhan khusus yang tinggal di sekitar wilayah Desa Tegalluar, Bojongsoang, Kabupaten Bandung Barat.
Berawal dari keprihatinan terhadap anak berkebutuhan khusus yang tidak mendapatkan pendidikan, Yulianti tergerak untuk mendidik anak-anak ini.
Tidak mudah membujuk orang tua agar mau menyekolahkan anaknya. Beberapa orang tua merasa malu malu memiliki anak berkebutuhan khusus sehingga cenderung menyembunyikannya di dalam rumah. Tidak sedikit yang skeptis akan kemampuan anaknya. Namun penolakan demi penolakan tidak membuat Yulianti dan rekan-rekannya putus asa.
Baca juga: Ibu-ibu 'Flamboyan' Bertanam Sayur Demi Kelestarian Bandung
Lain halnya dengan Ida Reni, ibu Iksal. Setelah mengalami situasi yang tidak menyenangkan di sekolah umum, Iksal justru merasa senang di sekolah Hidayah. “Pernah satu hari saya harus kerja dan tidak bisa mengantar Iksal. Saya suruh bolos aja, dia ga mau,” papar Ida. Menurut Ida, anaknya senang karena mendapatkan banyak perhatian dan kasih sayang dari para guru di Sekolah Hidayah. Melihat anaknya senang, Ida pun semakin bersemangat.
Saat ini, sekolah mendidik 35 siswa berusia 6-22 tahun. Semua anak diajarkan membina diri seperti mandi, memakai baju, atau menyikat gigi. Selain itu, anak-anak juga diajarkan melukis dan mewarnai, berkebun, budidaya lele, membuat kerajinan tangan, serta olahraga.
Metode pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus memang memerlukan cara dan pendekatan yang khusus. Kesabaran ekstra, penuh kasih sayang serta dedikasi tanpa batas perlu dimiliki oleh sang pendidik. Hal ini merupakan kunci sukses mewujudkan anak berkebutuhan khusus menjadi mandiri. “Kami ingin mewujudkan mimpi menjadi kenyataan,” tutur Cecep Hidayah, ketua Yayasan Hidayah.
Baca juga: Asa Tak Terbatas dalam Mendidik dan Mengembangkan Anak Berkebutuhan Khusus
Dedikasi para guru dalam mengajar juga patut diacungi jempol. Jika orang tua kesulitan untuk mengantarkan anaknya, guru akan menjemput anak dengan motor. Kelas kunjung juga dilakukan bagi anak yang diperbolehkan untuk ke sekolah.
Melihat semangat kesepuluh guru Sekolah Hidayah, perusahaan patra nasional—melalui program Dreamable—tergerak untuk turut membantu. Bantuan berupa alat tulis, bahan pembelajaran serta mobil antar-jemput siswa menjadi suntikan semangat para guru untuk terus membangun kemandirian anak didiknya.
"Kami berharap program Dreamable ini menjadi solusi mewujudkan kemandirian anak berkebutuhan khusus," jelas Bambang Soeprijono, Operation Head PT Pertamina (Persero) TBBM Bandung Group.
Rasa senang tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata ketika melihat anak didiknya mengalami perkembangan. Kini, menjadi mandiri bukan lagi mimpi bagi anak-anak di Sekolah Hidayah.