Nationalgeographic.co.id - Indonesia masih terus bergelut dengan masalah sampah lokal yang belum terpecahkan secara matang. Tapi sampah impor malah silih berdatangan.
Maksud dari didatangkannya sampah impor ini adalah untuk mendapatkan sampah kertas yang akan dijadikan sebagai bahan baku pembuatan kertas. Tapi ternyata di dalam sampah itu terdapat kandungan sampah B3.
Melansir dari Nationalgeographic.co.id, awal Juli 2019 yang lalu, sejumlah 49 kontainer di pelabuhan Batam akan dipulangkan ke Australia, Amerika serikat, Perancis, Jerman, dan Hong kong.
Lalu hal serupa dilakukan di Tanjung Perak Surabata Jawa Timur. Sejumlah 8 kontainer sampah terkandung B3 di pulangkan ke negara asalnya.
Baca Juga: Membakar Sampah Dinilai Lebih Praktis, Tapi Ternyata Lebih Berbahaya
Lantas, mengapa sampah impor terkandung B3 ini terus berdatangan?
Berikut penjelasan Kepala Seksi Notifikasi Limbah B3 dan non-B3 Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Rima Yulianti yang dikutip dari Kompas.com.
Ternyata, hingga saat ini, belum ada larangan yang dikeluarkan oleh lembaga perizinan berwenang terkait sampah impor yang masih berdatangan.
Namun, KLHK ke depan berjanji untuk memberi peraturan ketat terkait perizinan sampah impor di pelabuhan.
"Ke depan proses pemeriksaan saja yang akan diperketat lagi pemeriksaannya," kata Rima di Pelabuhan Batu Ampar, Senin (29/7/2019).
Baca Juga: Bersama Ciptakan Kebaikan Untuk Bumi, Kolaborasi untuk Atasi Masalah Sampah di Indonesia
Tidak ada ketegasan dari petugas juga menjadi penyebab mudahnya sampah impor yang mengandung B3 masuk ke beberapa pebaluhan di Indonesia.
Kepala kantor Bea Cukai Pelabuhan Tanjung Perak, Jawa Timur, Basuki Suryanto, mengatakan delapan kontainer dengan berat 210 ton sampah yang tiba dari Australia bulan lalu seharusnya hanya berisikan kertas, tetapi ternyata juga berisi popok, botol plastik dan kemasan minyak bekas.