Penambang Emas Bunuh Pemimpin Adat Agar Bisa Mengeksploitasi Hutan Amazon

By Gita Laras Widyaningrum, Kamis, 1 Agustus 2019 | 15:56 WIB
Orang-orang Waiapi. (AFP)

Nationalgeographic.co.id – Krisis Amazon telah mencapai tahap baru dengan aksi penambang emas yang merebut desa asli wilayah tersebut dan tampaknya juga telah membunuh pemimpin setempat. Tindakan ini dilakukan sebagai bagian untuk memulai penambangan di cagar alam Waiãpi di hutan hujan Amazon.

Sejak 1988, 600 ribu hektar cagar alam Waiãpi didesain sebagai tempat tinggal penduduk asli. Di samping melindungi orang-orang Waiãpi, keputusan ini diambil untuk melestarikan kekayaan hutan hujan.

Baca Juga: Indonesia Rawan Tsunami, Manakah Wilayah yang Paling Rentan?

Sayangnya, kehadiran mineral berharga di area tersebut kemudian menarik perhatian penambang emas yang kerap disebut sebagai garimpeiros.

Di seluruh Brasil, para penambang menggunakan merkuri untuk memisahkan emas dari bijih di sekitarnya. Cara itu akhirnya membuat sungai-sungai menjadi beracun.

Kerusakan hutan hujan di Guyana akibat penambangan emas. (Kakteen/Shutterstock)

Pada Rabu minggu lalu, sang pemimpin adat, Emyra Waiãpi, ditemukan tewas dengan luka tusuk di badannya di dekat desa Mariry. Melihat hal tersebut, penduduk desa kemudian melarikan diri ke desa Aramira yang lebih besar. Mereka mengatakan bahwa ada sekitar 50 garimpeiros yang menjadikan desa Mariry sebagai markas untuk meluncurkan serangan kepada penduduk asli.

Saat ini, orang-orang Waiãpi dan pemerintah lokal tengah meminta pertolongan.

“Para garimpeiros menyerbu desa adat sampai sekarang. Mereka memiliki senjata lengkap dan senapan mesin. Itu sebabnya kami meminta bantuan dari polisi federal,” papar Kureni Waiãpi, salah satu anggota suku.

Polisi federal sendiri sudah mencapai lokasi, tapi upaya untuk melindungi orang-orang Waiãpi dan hutan Amazon terhalang masalah dengan Presiden Brasil, Jair Bolsonaro.

Baca Juga: Banjir Menyerang Taman Nasional India, Lebih Dari 200 Satwa Liar Mati

Sebelumnya, Bolsonaro mengatakan bahwa penduduk asli Amazon seperti “hidup di zaman batu” dan ia berniat membuka lahan bagi swasta. Pernyataan presiden ini lah yang kemudian menguatkan para garimpeiros. Beberapa lembaga yang berusaha melindungi cagar alam pun mengalami kemunduran.

Para korban menyalahkan presiden dan menganggap ia telah melakukan penghinaan terhadap penduduk asli Amazon.

Kekejaman di Waiãpi, terjadi seminggu setelah film tentang suku Amazon dirilis. Film dalam bahasa Inggris itu sengaja dibuat untuk menarik perhatian warga dunia atas situasi yang mengancam penduduk asli.