Nationalgeographic.co.id - Bencana alam seperti tsunami dan gempa besar merupakan fenomena dengan siklus berulang yang artinya ratusan tahun lalu pernah terjadi, beberapa tahun belakangan terjadi, dan di masa depan pasti akan terjadi lagi.
Oleh sebab itu, para ahli kegempaan dan tsunami di Indonesia mengkaji potensi bencana dengan skenario terburuk, untuk membuat kita mawas diri dan bersiap.
Potensi tsunami di Indonesia
Indonesia merupakan negara maritim dengan sebagian besar penduduknya tinggal di daerah pesisir. Oleh sebab itu, mengetahui tentang potensi ancaman gempa besar dan tsunami adalah suatu kewajiban.
Widjo Kongko, ahli tsunami sekaligus Perekayasa Bidang Kelautan Balai Teknologi Infrastruktur Pelabuhan dan Dinamika Pantai (BTIPFP) dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) menjelaskan, Indonesia rawan tsunami karena dikelilingi oleh tiga lempeng tektonik yang terus bergerak, yakni lempeng Indo-Australia, lempeng Eurasia, dan lempeng Pasifik.
Lempeng Indo-Australia bergerak relatif ke arah utara dan menyusup ke dalam lempeng Eurasia, sementara lempeng Pasifik bergerak relatif ke arah barat.
Jalur pertemuan lempeng berada di laut sehingga apabila terjadi gempabumi besar dengan kedalaman dangkal maka akan berpotensi menimbulkan tsunami.
Baca Juga: Semakin Parah, Gelombang Panas di Eropa Tahun Ini Pecahkan Rekor
Widjo berkata, ketiga lempeng tersebut saling bergerak dan tidak pernah berhenti selama Bumi berputar. "Pertanyaannya adalah, kapan lempeng akan melepaskan energi. Itu yang tidak kita tahu," ucap Widjo.
Widjo menerangkan, selain diapit oleh tiga lempeng, Indonesia memiliki banyak sekali sesar atau patahan gempa. Sesar-Sesar berukuran besar di kerak bumi merupakan hasil dari aksi gaya lempeng tektonik, dengan yang terbesar membentuk batas-batas antara lempeng, seperti zona subduksi atau sesar transform.
Energi yang dilepaskan menyebabkan gerakan cepat pada sesar aktif yang merupakan penyebab utama gempa bumi. Nah, tsunami umumnya disebabkan oleh gempa megathrust.
Dalam kesempatan wawancara lain, Daryono yang baru diangkat sebagai Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG pernah menerangkan tentang megathrust. "Thrust" merujuk pada salah satu mekanisme gerak lempeng yang menimbulkan gempa dan memicu tsunami, yaitu gerak sesar naik. Dengan demikian, megathrust bisa diartikan gerak sesar naik yang besar. Mekanisme gempa itu bisa terjadi di pertemuan lempeng benua.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | National Geographic Indonesia |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR