Studi: 1 dari 5 Milenial Alami Kesepian dan Tidak Punya Teman

By Gita Laras Widyaningrum, Senin, 5 Agustus 2019 | 13:25 WIB
Kesepian menjadi salah satu hal yang berisiko sebabkan kematian. (Thinkstock)

Nationalgeographic.co.id – Berdasarkan survei terbaru dari perusahaan riset pasar, YouGov, milenial yang akrab dengan media sosial ternyata merupakan generasi paling kesepian di Amerika.

Sebuah poling yang dilakukan pada 1.254 orang berusia 18 tahun ke atas, menemukan bahwa 27% milenial tidak memiliki teman dekat. Bahkan, 1 dari 5 milenial tidak memiliki teman sama sekali. Sepertiga dari milenial berusia 20 dan 30an juga mengaku sering mengalami kesepian.

Hasil ini lebih rendah dibanding generasi lainnya. Hanya 9% baby boomers yang tidak memiliki teman, sementara Gen X 15%.

Baca Juga: Merasa Tertekan di Kantor? Bedakan Stres Kerja Biasa dengan Burn Out

Meski begitu, dilihat dari sisi baiknya, hampir setengah milenial (49%), mengatakan bahwa mereka memiliki satu hingga empat ‘teman dekat’. Sementara 70%-nya menyampaikan bahwa mereka setidaknya memiliki satu “teman baik”.

Selain itu, 38% milenial melaporkan jika mereka bisa membuat teman baru dalam enam bulan. Tempat terbaik di Amerika untuk mendapatkan teman? Sekitar 87% partisipan menyatakan di Sekolah Menengah Atas (SMA).

Tingkat kesepian yang tinggi pada orang-orang muda mungkin terjadi karena merasa sulit menemukan teman. Dari hasil survei, diketahui bahwa 1/3 orang Amerika merasa bahwa berteman itu susah, 53%-nya karena malu, dan 27% sisanya karena menganggap tidak butuh teman.

Baca Juga: Hadapi Masa Depan Yang Tak Tentu, Nasib Anak-anak Pengungsi Rohingya

Survei ini tidak menggali lebih dalam selain angka, tapi peneliti mereferensikan studi yang dipublikasikan pada Journal of Social and Clinical Psychology. Dalam jurnal tersebut mereka mengaitkan hubungan antara media sosial dengan rendahnya kualitas hidup.

“Ini yang perlu digarisbawahi: tidak sering menggunakan media sosial biasanya menyebabkan penurunan yang signifikan pada depresi dan kesepian,” ungkap Melissa Hunt, pemimpin studi tersebut.