Menengok Tokyo, Kota Futuristik yang Membawa Masa Depan

By National Geographic Indonesia, Jumat, 9 Agustus 2019 | 16:00 WIB
Geo-Cosmos di Miraikan National Museum of Science and innovation. Shot on OPPO Reno 10x Zoom. (Didi Kaspi Kasim)

Nationalgeographic.co.id - Pengalaman menelusuri Jepang terasa seperti masuk ke lorong waktu menuju masa depan. Sebagai salah satu negeri yang paling bersemangat memanfaatkan teknologi di kehidupan keseharian, Jepang menjadi unik tak ada duanya di muka Bumi.

Kereta super cepat, hotel tabung, sampai banyaknya mesin pintar makanan dan minuman di tepi jalan membuat Negeri Matahari Terbit ini seperti hidup berdekade lamanya di masa depan. 

Berdasarkan Innovation Cities Index 2018, bahkan Tokyo dinobatkan sebagai Kota Paling Futuristik Sedunia. Mengungguli kota-kota modern lainnya seperti London, Boston, dan New York.

Menurut Christopher Hire dari lembaga 2thinknow yang melakukan studi untuk Innovation Citiex Index, Tokyo terpilih karena ia menunjukkan arah yang jelas dalam menyambut perubahan teknologi.

Suasana di Tokyo. Shot on OPPO Reno 10x Zoom. (Unggul Santosa)

Hal ini tidak bisa dipungkiri. Saat berada di Tokyo, saya larut dalam labirin pencakar langit memutari pusat kota tersebut. Manusia berlalu lalang di terik musim panas bulan Agustus. Seperti tanpa keraguan, semua bergerak cepat, berputar seperti robot bergerak di jalur jelajahnya. Penghargaan soal waktu, filosofi saling menghormati dan kekuatan tradisi telah membuat Jepang selalu tegak berdiri melewati era-era kelamnya.

Langkah saya terhenti ketika tiba di bawah pelataran Tokyo Skytree. Sebuah tengara yang menjadi acuan perubahan dan indikator pesatnya pembangunan, menjadi pemicu kompetisi-kompetisi negara lain untuk bisa melewatinya.

Berdiri tegak dengan tinggi 2.080 kaki atau 634 meter, Tokyo Skytree merupakan bangunan tertinggi di Jepang. Dan di dunia, ia menempati posisi kedua setelah Burj Khalifa di Dubai.

Dek observasi di Tokyo Skytree. Shot on OPPO Reno 10x Zoom. (Didi Kaspi Kasim)

Primadona dari Tokyo Skytree adalah dua dek observasi yang menawarkan pemandangan kota Tokyo. Masing-masing dek terletak pada ketinggian 350 dan 450 meter, yang lagi-lagi membuatnya menjadi ‘ruang pengamatan’ tertinggi di negara tersebut.

Tembo deck, observatorium lebih rendah yang berada di ketinggian 350 meter, membentang seluas tiga tingkat dengan pemandangan indah dari semua lantainya. Dengan jendela-jendela yang tinggi dan lebar, Anda bisa menyaksikan panorama 360° kota Tokyo. Sementara pada lantai terendah di Tembo Deck, terdapat kafe dan beberapa panel kaca yang memungkinkan pengunjung untuk melihat sampai ke dasar menara.

Naik ke bangunan yang lebih tinggi, sepasang elevator akan menghubungkan Tembo Deck dengan Tembo Galleria yang berada di ketinggian 450 meter.

Disebut-sebut sebagai “skywalk tertinggi di dunia”, Tembo Galleria terdiri dari tanjakan spiral miring yang menambah ketinggian untuk membantu mengelilingi menara. Kaca-kaca di pinggirnya juga memungkinkan Anda untuk melihat lanskap Tokyo dari ketinggian.

Kota Tokyo dilihat dari ketinggian Tokyo Skytree. Shot on OPPO Reno 10x Zoom. (Didi Kaspi Kasim)

Fitur Wide Angle setara dengan 16mm di kamera ponsel OPPO Reno 10x Zoom yang saya gunakan mampu menangkap lanskap kota Tokyo dari ketinggian sehingga memberikan pengalaman mengesankan tersendiri.

Kamera utama OPPO Reno 10x Zoom memiliki resolusi hingga 48MP yang didukung sensor Sony IMX586, diafragma f/1.7, sensor sebesar ½-inci yang meningkatkan sensitivitas lensa terhadap cahaya untuk mengambil gambar beresolusi tinggi dengan jernih.

Selain itu, sudut ultra lebar pada kameranya mampu memberikan perspektif baru untuk komposisi foto dengan tangkapan gambar yang lebih luas. Bahkan, mampu memberikan perbesaran digital hingga 60 kali. Meski berada di ketinggian ratusan meter, dengan fitur 10x Hybrid Zoom, saya jadi bisa melihat lanskap Tokyo secara keseluruhan dan lebih dekat.

Fitur 10x Hybrid Zoom mampu menangkap foto gedung-gedung di Tokyo meski diambil dari ketinggian 350 meter. Shot on OPPO Reno 10x Zoom. (Tito Rikardo)

Nama Tokyo Skytree sendiri diambil karena membayangkan sebuah ‘pohon’ besar yang menghadap ke langit. Oleh sebab itu, bangunan ini diharapkan dapat menjadi tempat orang-orang berkumpul di sekeliling ‘pohon’ sambil mendekatkan hati.

Bukan sekdar bangunan biasa, Tokyo Skytree juga berfungsi sebagai menara pemancar untuk siaran digital. Sebenarnya, sejak 1958, sudah ada Tokyo Tower yang berfungsi sebagai pemancar sinyal. Namun, seiring berjalannya waktu, semakin banyak gedung bertingkat di sekitarnya sehingga memengaruhi sinyal. Untuk menghindari hal tersebut, Jepang pun memutuskan untuk membangun menara dengan tinggi lebih dari 600 meter. Jadilah Tokyo Skytree sebagai menara pemancar sinyal yang baru.

Para pengunjung di Museum Miraikan. Shot on OPPO Reno 10x Zoom. (Tito Rikardo)

Selain Tokyo Skytree, saya juga berkesempatan melihat sisi futuristik Jepang di Miraikan National Museum of Emerging Science and Innovation.

Berkunjung ke museum sains ini seperti memasuki dunia lain. Pasalnya, pameran yang ada di sini, berpusat pada teknologi yang berkaitan dengan kehidupan manusia di masa depan. Dalam bahasa Jepang sendiri, Miraikan memang berarti “lorong masa depan”.

Memasuki museum, pengunjung langsung disambut oleh Geo-Cosmos, replika Bumi yang dibuat dari panel organik. Dengan resolusi lebih dari 10 juta piksel, Geo-Cosmos menampilkan berbagai data terkait kondisi Bumi. Mulai dari peta tanah, ozon, dan yang lainnya.

Salah satu kecanggihan teknologi di Jepang. Shot on OPPO Reno 10x Zoom. (Didi Kaspi Kasim)

Hal menarik lainnya yang bisa dilakukan di sini adalah bertemu dengan berbagai robot serta inovasi teknologi terbaru. Bisa dibilang, di Museum Miraikan, kita bisa mengenal dunia sains dan teknologi dengan cara yang menyenangkan.

Jika Anda mengunjungi Tokyo dan ingin merasakan “sensasi” hidup di masa depan, tidak ada salahnya untuk mengunjungi museum ini.