Kerusuhan Manokwari Diduga Meletup Karena Hoaks, Begini Kata Pakar Terkait Hoaks yang Akan Terus Terjadi

By Mahmud Zulfikar, Rabu, 21 Agustus 2019 | 11:57 WIB
ilustrasi: Pelaku penyebar hoaks anggota Brimob dari China (Kompas.com/Devina Halim)

Nationalgeographic.co.id Media sosial sekarang sudah mengambil peran besar dalam mengolah opini publik.

Sudah sekian lama kita mengenal berita bohong yang tersebar di dunia maya. Tidak sedikit pula masyarakat yang tertipu, bahkan berhasil meletupkan konflik.

Hoaks santer terdengar biasanya ketika pemilu datang. Hal ini dilakukan sebagai langkah kotor politik dalam mengelabuhi lawan.

Melansir dari Kompas.com, hal ini senada dengan apa yang dikatakan pakar komunikasi politik Henry Subiakto.

Dia mengatakan dalam pemilu ke depan hoaks masih akan terjadi.

Sebab, dalam politik, hoaks sudah menjadi permainan yang digunakan sebagai alat untuk meraih keuntungan politik.

Baca Juga: Bagaimana Mengetahui Bahwa Seseorang Sedang Berbohong Melalui 6 Tanda

"Saya melihat bahwa hoaks akan terus terjadi. Karena itu memang bagian dari permainan politik di berbagai negara," kata Henry dalam focus group discussion 'Hoax dalam Pemilu 2019' di Gedung Komisi Pemilihan Umum (KPU), Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (20/8/2019).

"Hoaks dipercaya bisa jadi alat sukses politik di berbagai negara," ucap dia. Tidak hanya di Indonesia, munculnya hoaks selama pemilu juga terjadi di berbagai negara, termasuk negara-negara maju seperti Amerika dan Eropa.

Hoaks banyak digunakan sebagai bisnis politik karena dinilai murah dan berisiko kecil. Selain itu, hoaks dipercaya dan terbukti bisa digunakan untuk mengelabuhi rakyat.

"Pesan hoaks dirancang untuk menciptakan kecemasan, kebencian, kecurigaan, atau ketidakpercayaan hingga permusuhan," ujar Henry. Ia juga mengatakan, hoaks dalam politik mempunyai pola yang sama, antara lain, menyentuh persoalan keagamaan, suku, ras, dan antar-golongan.

Paling sering,  menurut dia, hoaks menyinggung masyarakat mayoritas di suatu negara.

Baca Juga: 'Hujan Plastik' Terjadi di Salah Satu Pegunungan Tertinggi di Amerika "Yang diserang, yang dicoba untuk dimanipulasi, dipengaruhi itu pasti masyarakat mayoritas," kata dia. Oleh karena itu, Henry menilai, diperlukan kerja sama dari berbagai pihak untuk mencegah dan melawan hoaks. Tidak hanya dari penyelenggara pemilu, tetapi juga pihak terkait lainnya. (Kompas.com/ Fitria Chusna Farisa)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Pakar: Hoaks Bagian dari Permainan dan Bisnis Politik".