Nyatanya, mereka yang optimis tetap menilai kesehatannya akan membaik pada masa depan, sementara mereka yang pesimis mengira kesehatannya akan semakin buruk.
Dengan pandangan seperti, seorang pesimis dapat melakukan berbagai cara yang diperlukan untuk mengatasi dan mengelola gejala lanjutan seperti rasa sakit. Namun, harus diakui bahwa hal ini baru bisa terwujud jika ada sedikit optimisme bahwa cara-cara tersebut bisa membantu.
Baca Juga: Buta Total Akibat Hantaman Serangan Udara Perang Saudara di Suriah, Bocah Ini Tetap Riang dan Ceria
Hal yang membedakan seorang pesimis defensif dan orang-orang yang berpikir secara negatif -– mereka yang cemas dan tertekan -– adalah cara mereka dalam mengatasi masalah.
Ketika banyak orang cenderung menghindari masalah saat mereka cemas dan tertekan, seorang pesimis defensif menggunakan pikiran negatif dalam mengambil setiap tindakan, sehinga mereka merasa siap dan memiliki kendali terhadap hasil.
Jadi, menjadi seorang pesimis tidak sepenuhnya buruk -– meski bisa jadi Anda menjengkelkan bagi orang lain. Pada akhirnya, apa yang Anda lakukan terhadap pesimisme itulah yang terpenting.
Franklin Ronaldo menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris.
Penulis: Fuschia Sirois, Reader in Health Psychology, University of Sheffield
Artikel ini terbit pertama kali di The Conversation. Baca artikel sumber.