"Ini tidak akan seperti ET menelepon rumah, tentu saja - lebih seperti mikroba atau jenis kehidupan sederhana lainnya. Meski demikian (ketika hal itu terjadi) itu adalah hal yang sangat besar".
Baca Juga: Farout, Planet Kerdil Berwarna Pink dan Objek Terjauh di Tata Surya
Prospek peluncuran Teleskop Luar Angkasa James Webb (JWST) NASA pada tahun 2021 yang sudah lama tertunda, dan misi Ariel dari Badan Antariksa Eropa tujuh tahun setelahnya, akan memungkinkan astronom bisa meneliti lebih rinci atsmofer berbagai dunia yang sudah terdeteksi sejauh ini.
Air telah terdeteksi juga di sejumlah planet lain, tapi keberadaannya jika tidak terlalu besar, justru terlalu panas untuk bisa menyokong kehidupan.
Planet-planet lebih kecil dan lebih sejuk jauh lebih sulit terdeteksi. Tim dari UCL bisa melakukannya dengan mengembangkan algoritma yang mampu memisahkan komposisi kimia di atmosfer planet-planet yang berpotensi layak huni.
K2-18b ditemukan pada tahun 2015 dan merupakan satu dari ratusan planet-super-Bumi dengan massa di antara massa Bumi dan Neptunus - ditemukan oleh pesawat ruang angkasa NASA, Kepler. Misi Tess yang diluncurkan NASA diperkirakan akan mendeteksi ratusan lainnya di tahun-tahun ke depan.
Penelitian itu didanai oleh Dewan Riset Eropa dan Dewan Sains dan Fasilitas Teknologi Inggris, yang merupakan bagian dari Badan Riset dan Inovasi Inggris (UKRI). (BBC Indonesia)