Giat Bebersih Sampah, Cara Para Pesepeda Menghormati Baduy

By National Geographic Indonesia, Rabu, 18 September 2019 | 11:48 WIB
Anggota komunitas Bike to Work (B2W) melakukan aksi Giat Bebersih Sampah Baduy. (Dok. B2W)

Giat Bebersih Sampah Baduy

Tak mau kehilangan momentum, setelah membuat tempat pembuangan terpadu, komunitas B2W melanjutkan aksinya pada akhir minggu lalu dengan melakukan program Giat Bebersih Sampah Baduy dan penancapan beberapa papan pengumuman di Baduy Dalam.

"Sebagai penggugah dan pengingat, karena ketika kita kembali ke alam, ke Baduy yang eksotis, kita pun punya kewajiban untuk melestarikannya, bukan sebaliknya," kata Poetoet. Program ini juga didukung oleh greeners.co dan framebike.

"Rombongan B2W yang berangkat ada 21 orang dan kebanyakan membawa keluarga," kata Koordinator Giat Bebersih Sampah Baduy, Eko Susilo.

Yang unik, untuk mencapai Baduy mereka melakukan gobar atau gowes bareng mulai dari Rangkas Bitung menuju Ciboleger sejauh 40 kilometer.

"Gowes santai saja, malah banyak foto selfienya, karena niatnya bebersih sampah di Baduy bersama masyarakat di sana, bukan balapan," kata Eko seraya tertawa.

Anggota komunitas B2W dan warga saling membantu membersihkan sampah di Baduy. (Dok. B2W)

Tiba di lokasi, rombongan segera berbaur dengan masyarakat untuk membersihkan sampah, khususnya sampah plastik, yang diangkut ke tempat pembuangan sampah terpadu. Yang lebih unik, saat itu bertepatan dengan kegiatan seren taun.

"Ramai sekali, sekitar 1500 masyarakat Baduy turun gunung menuju Pendopo Kabupaten Lebak untuk menyerahkan hasil alam," kata Eko.

Karena prosesi inilah, rombongan kemudian terlambat untuk naik ke atas alias harus night hiking menuju Jembatan Akar.

"Sangat berkesan, meskipun merinding dan panik. Kami jalan kaki menuju Jembatan Akar membawa papan pengumuman, hanya ada gelap, jarak yang jauh dan medan yang sulit. Bersepuluh orang, kami membuat semboyan saat itu, yaitu pantang pulang sebelum menancapkan plang," kata Eko seraya tertawa.

Dan berhasil! Ketika harus kembali pulang, hanya ada dua lampu senter dan satu cahaya dari smartphone sebagai modal penerangan. Akibatnya, beberapa kali anggota tim tercebur masuk sawah, tersandung batu, namun membuat suasana ceria. "Salut pada Vio, usia 10 tahun, yang begitu bersemangat mengikuti petualangan ini. Membuat kami yang tua-tua malu jika berkeluh-kesah, ya meskipun jaraknya 14 kilometer ditempuh dalam kegelapan malam," kata Eko.