Sebelum 2015, ini adalah kebakaran terbesar di Indonesia.
Berbagai peneliti telah menganalisis data dari survei populasi yang dilakukan selama dan setelah kebakaran dan menemukan bahwa asap yang dihasilkan oleh kebakaran tersebut membahayakan kesehatan orang dewasa dan tingkat kelangsungan hidup anak pada saat itu.
Hasil penelitian menunjukkan penurunan kesehatan dan pencapaian pendidikan dalam jangka panjang bagi anak-anak.
Sebagai contoh, satu penelitian menemukan bahwa paparan asap beracun mengakibatkan memburuknya fungsi fisik tubuh secara signifikan. Efek ini terutama berdampak jangka panjang bagi perempuan berusia 30-55 tahun dan manula.
Penelitian lainnya menemukan bahwa udara, tanah, dan makanan yang terkontaminasi asap berakibat buruk bagi kesehatan sebelum dan sesudah kelahiran.
Racun yang terhisap oleh ibu hamil akan menganggu kesehatan, nutrisi dan aliran oksigen ke janin.
Satu studi menemukan bahwa paparan terhadap kebakaran hutan Indonesia akhir 1997 menyebabkan lebih dari 15.600 kematian anak, bayi, dan janin atau penurunan 1,2 poin persentase dalam kelangsungan hidup kelompok yang terpapar. Masyarakat berpenghasilan rendah terkena dampak terburuk.
Nutrisi dan kesehatan anak juga secara langsung terganggu akibat menghirup kandungan beracun atau saat menelan makanan mentah yang terkontaminasi.
Dan, kurangnya perawatan dari anggota keluarga dewasa yang juga tidak sehat berpengaruh terhadap kondisi anak.
Penelitian saya yang dipublikasikan pada 2019 relevan untuk isu ini.
Saya mengamati perkembangan anak berusia 12-36 bulan yang tinggal di pulau Sumatra dan Kalimantan yang terkena dampak selama kebakaran tahun 1997.
Kemudian, saya membandingkan dengan kelompok anak dengan usia sama yang tinggal di daerah-daerah yang tidak terkena kebakaran.