Kesuksesan Desa Kemiren Asri Berdayakan Penduduk Buta Aksara Menjadi Wirausaha

By Gita Laras Widyaningrum, Sabtu, 26 Oktober 2019 | 11:30 WIB
Rumdani Prapti Sumiwi, penggagas budidaya jamur di desa Kemiren Asri. (Hari Maulana)

Nationalgeographic.co.id – Berbicara tentang Kemiren Asri, wilayah ini dulunya merupakan desa tertinggal. Kondisinya kumuh karena sering menjadi tempat pembuangan sampah sehingga banyak penduduk­—terutama anak-anak—yang sering terkena penyakit dan mengalami gizi buruk. Yang lebih menyedihkan, desa ini tidak didukung oleh fasilitas kesehatan yang memadai. Tidak hanya itu, banyak pula warganya yang tidak mendapat pendidikan dan buta aksara.

Namun kini, Kemiren Asri mampu bangkit dan menjadi salah satu desa yang mandiri. Melalui wirausaha, penduduk desa mampu memiliki pendapatan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.

Berawal dari 2009, Rumdani Prapti Sumiwi, salah satu warga desa Kemiren Asri, berniat memperbaiki kondisi desanya yang memprihatinkan—dimulai dari membenahi Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) agar tidak ada lagi anak-anak yang sering sakit. Tak lama kemudian, bantuan datang dari Pertamina Refinery Unit IV Cilacap yang berhasil memperbaiki kualitas Posyandu serta memonitor perkembangan anak-anak di desa Kemiren Asri.

Baca Juga: Dari Jamur ke Gaya Hidup Bebas Sampah, Kreativitas Warga Desa Kemiren Asri Manfaatkan Limbah

Namun ternyata, tidak cukup hanya itu, masih ada kebutuhan penunjang serta PMT (pemberian makanan tambahan) kepada balita yang dibutuhkan untuk dapat menurunkan angka gizi buruk dan kurang di Desa Kemiren Asri.

Dari sana lah, Rumdani memiliki ide budidaya jamur agar PMT dapat berkelanjutan. Ide ini pun didukung oleh Pertamina yang kemudian memberikan bantuan budidaya jamur yang hasilnya digunakan untuk bahan dasar olahan PMT setiap bulannya.

"Kami berpikir, kalau jamur bisa diolah sendiri maka itu nantinya bisa menutup biaya operasional Posyandu," kata Rumdani.

Jamur pembawa rezeki

Siapa sangka, budidaya jamur yang dikembangkan oleh Rumdani ternyata sangat sukses. Tidak hanya untuk PMT, produksi jamur yang melimpah akhirnya bisa diolah menjadi beberapa jenis makanan yang kemudian menjadi pembuka jalan bagi warga desa Kemiren Asri untuk menambah penghasilan mereka.

Rumdani bercerita, tidak mudah awalnya untuk menjalankan bisnis jamur tersebut. Pasalnya, kala itu, banyak warga desa yang tidak bisa baca tulis. Bersama Pertamina, Rumdani kemudian membentuk Kelompok Keaksaraan Fungsional untuk memberantas buta aksara.

Berbeda dengan lembaga lainnya, Kelompok Keaksaraan Fungsional mengajarkan baca tulis kepada ibu-ibu di desa Kemiren Asri melalui resep masakkan.

“Dimulai dari yang mudah, awalnya saya memberikan resep mie goreng pakai telur. Sebenarnya masaknya mudah, tapi saya ingin mereka tetap menulis resepnya sekalian untuk belajar,” kenang Rumdani sambil tertawa.