Agar Belanja Online Lebih Ramah Lingkungan, Berikut Cara yang Bisa Dilakukan

By National Geographic Indonesia, Sabtu, 26 Oktober 2019 | 13:11 WIB
Ilustrasi belanja online. (Shutterstock)

Untuk non-makanan, hal ini berarti memerlukan ruangan penyimpanan barang untuk menjamin ketersediaan barang. Artinya, perlu energi lebih untuk menyimpan dan memindahkan barang.

Untuk produk makanan segar, stok barang yang selalu tersedia berarti peningkatan volume limbah makanan.

Sementara, layanan pengiriman kilat membutuhkan tambahan kendaraan agar cepat sampai. Seringkali, kendaraan hanya memuat sebagian dari kapasitas pengangkutan.

Hal lain yang perlu dipertimbangkan adalah pengiriman melalui daring tidak harus menggantikan kebutuhan kita pergi ke toko, yang menghasilkan peningkatan jejak karbon.

Penelitian menunjukkan bahwa pengembalian barang yang dibeli secara daring lebih besar ketimbang beli di toko. Akibatnya, sampah bertambah dan penggunaan transportasi meningkat.

Meski demikian, ada pilihan bagi konsumen untuk mengurangi dampak belanja mereka terhadap lingkungan.

Pilihan yang lebih ramah lingkungan

Kalau jaraknya pendek, misalnya kurang dari 3 kilometer, maka akan menguntungkan bagi lingkungan jika berbelanja di toko. Pengiriman barang secara daring menjadi pilihan yang lebih ramah lingkungan apabila jarak tempuh yang lebih jauh.

Jika memungkinkan, pelanggan yang ingin mendapat manfaat dari pengalaman belanja online harus memilih opsi untuk mengambil barang di toko, sehingga mengurangi tuntutan logistik pada pemasok.

Kotak penyimpanan untuk pengambilan barang merupakan pilihan yang seimbang antara kenyamanan dan mengurangi dampak lingkungan. Pilihan yang lebih ramah lingkungan lagi dan tidak perlu berpergian adalah crowd-sourcing, yaitu orang mengantarkan paket sambil berpergian dengan biaya murah.

Dari perspektif pengemasan, kini semakin banyak toko yang menawarkan opsi bebas kantong plastik atau menawarkan alternatif dari kantong plastik. Konsumen yang sadar lingkungan harus mencari toko yang menawarkan opsi ini.

Baca Juga: Nepal Larang Penggunaan Plastik Sekali Pakai di Sekitar Everest

Yang menggembirakan, peritel ini sangat menyadari permasalahan yang ada dan banyak yang bekerja keras untuk mengatasi masalah lingkungan. Ada peningkatan dalam penggunaan kemasan biodegradable di seluruh rantai pasokan dan semakin fokus pada “penutupan siklus” - di mana pengecer bertanggung jawab untuk menggunakan kembali dan mendaur ulang produk.

Tetapi, masih ada elemen dari pendekatan belanja secara daring yang tidak berkelanjutan. Hal ini perlu diatasi untuk memenuhi tantangan global terkait kualitas udara dan pemanasan global.

Secara keseluruhan, kelestarian lingkungan dalam pasar ritel adalah masalah yang kompleks. Tetapi pilihan konsumen yang sederhana bisa membuat cara berbelanja yang lebih ramah lingkungan.

Franklin Ronaldo menerjemahkan artikel ini dari Bahasa Inggris

Penulis: Stuart Milligan, Academic Manager of Procurement, Logistics & Supply Chain Management, University of South Wales dan Baris Yalabik, Senior Lecturer in Operations and Supply Management, University of Bath

Artikel ini terbit pertama kali di The Conversation. Baca artikel sumber.