Rendahnya Populasi Burung Air Migran, Berkaitan Dengan Virus Unggas

By Celine Veronica, Senin, 28 Oktober 2019 | 17:00 WIB
Danau Limboto di Gorontalo adalah rumah bagi banyak spesies burung, terutama burung-burung air seper (K.N Rosandrani)

Nationalgeographic.co.id – Burung air merupakan jenis burung yang secara ekologis hidupnya bergantung pada lahan basah. Namun, saat ini populasi burung air semakin terancam akibat hilangnya habitat dan perburuan. Tidak hanya itu, ancaman lain yang mengintai keberadaan burung lain adalah pencemaran air yang telah meracuni rawa dan pantai akibat penggunaan pestisida, intektisida dan merkuri.

Dari tahun ke tahun, populasi burung air atau wader, terutama yang bersifat migran mengalami penurunan yang signifikan. Hasil survey rutin setiap tahun pada jalur migrasi Asia Australasia, yang membentang dari Rusia timur ke Alaska di bagian selatan dan melewati Asia Timur, Asia Tenggara, Australia, hingga Selandia Baru, termasuk Indonesia, menunjukkan trend penurunan jumlah yang mengkhawatirkan pada jenis-jenis burung migran kunci.

Terdapat sebuah penelitian tentang penyebaran virus dari unggas menunjukkan bahwa berkurangnya populasi burung migran ini membuat mereka lebih rentan terhadpa virus, seperti flu burung dan H2N1.

Baca juga: Jalur Migrasi Burung di Indonesia, Perubahan Cuaca pun Meruaya Mereka

Dalam penelitian John Swaddle bersama rekannya, Stavros E.Calos, dari Departemen Biologi, College of William and Mary, Virginia, Amerika Serikat pada tahun 2008, menemukan bahwa semakin beragam jenis burung di suatu tempat, maka semakin rendah terjadinya penyebaran Virus West Nile (VWN) ke manusia.

Virus West Nile merupakan virus yang berasal dari keluarga flaviviridae ditemukan di daerah tropis dan temperate. Utamanya virus tersebut akan menginfeksi burung, namun juga dapat menyebabkan beberapa kondisi dalam manusia, kuda, dan beberapa mamalia lainnya. Virus tersebut dapat ditularkan melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi.

Dalam penelitiannya, Swaddle menjelaskan bahwa semakin banyak jenis burung pada suatu habitat maka virus di dalam tubuh unggas tidak berpotensi membahayakan.

Baca juga: Mengenal Tujuh Jenis Burung Cendrawasih Khas Indonesia

Sebaliknya, begitu jumlah unggas yang ada di alam berkurang dari biasanya, maka virus akan bergerak untuk mencari inang baru. Salah satu yang paling berpotensi sebagai inang tersebut adalah manusia.

Apabila wabah penyakit disebabkan oleh penurunan keragaman jenis burung, maka tindakan preventif menjadi soluasi terbaik. Misalnnya dengan menggiatkan kegiatan pelestarian burung dan habitatnya atau mengurangi perburuan liar burung air migran.

Tidak hanya pemerintah, hal ini membutuhkan keterlibatan dari semua pihak. Namun, pemerintah juga harus mempersiapkan skenario terburuk, jika segala upaya pencegahan yang sudah diusahakan gagal.