Mengapa Belum Ada Lagi Manusia yang Mengunjungi Bulan Sejak 1972?

By Gita Laras Widyaningrum, Rabu, 6 November 2019 | 11:13 WIB
Foto yang memperlihatkan bendera AS yang ditancapkan Neil Armstrong saat pendaratan di Bulan, 20 Jul (Difa Restiasari)

Nationalgeographic.co.id - Mendaratkan 12 orang di Bulan menjadi salah satu pencapaian terbaik NASA.

Para astronaut mengumpulkan bebatuan, mengambil foto, melaksanakan eksperimen, serta memasang bendera di Bulan, sebelum akhirnya kembali ke Bumi.

Namun, tinggalnya para astronaut di Bulan selama menjalankan program Apollo tersebut, tidak menciptakan keberadaan manusia yang abadi di sana.

Lebih dari 45 tahun setelah pendaratan di Bulan–melalui misi Apollo 17 pada Desember 1972 – ada banyak alasan mengapa belum ada manusia yang bisa kembali dan tinggal di satelit raksasa Bumi itu.

Baca Juga: Untuk Pertama Kalinya, Air Terdeteksi di Eksoplanet Layak Huni Ini

Para peneliti dan pengusaha berpikir, adanya ‘pangkalan’ astronaut di Bulan bisa berevolusi menjadi depot bahan bakar untuk semua misi ruang angkasa. Ini akan mengarahkan pada penciptaan teleskop yang belum pernah ada sebelumnya, memudahkan studi kehidupan di Mars, serta memecahkan misteri ilmiah tentang alam semesta. Pangkalan Bulan ini bahkan bisa memengaruhi ekonomi dunia melalui pengembangan wisata luar angkasa.

“Membangun pangkalan penelitian yang permanen di Bulan adalah langkah yang masuk akal. Kita bisa menuju ke sana dalam waktu tiga hari dari Bumi,” kata mantan astronaut Chris Hadfield kepada Bussiness Insider.

Meski begitu, para astronaut dan ahli mengatakan, ada hambatan yang besar dalam melaksanakan misi Bulan sehingga belum ada lagi yang ke sana selama lebih dari empat dekade. Apa saja kah faktor yang menghalanginya?

Rendahnya anggaran yang diberikan

Rintangan yang pasti dihadapi oleh setiap program luar angkasa adalah biaya yang tinggi.

Dalam sebuah undang-undang yang ditangani Maret 2017, Presiden Donald Trump memberikan anggaran tahunan kepada NASA sebesar 19,5 miliar dollar AS. Jumlah ini kemungkinan akan meningkat menjadi 19,9 miliar dollar AS pada 2019.

Biaya tersebut tampaknya sangat besar, tetapi perlu diingat bahwa angka itu sudah termasuk beberapa proyek ambisius NASA, seperti teleskop luar angkasa James Webb, proyek roket raksasa Space Launch System, dan beberapa misi jauh ke Jupiter, Mars, sabuk asteroid, dan luar tata surya.