Inilah yang Akan Terjadi Pada Tubuh Jika Mengalami Patah Hati

By Gita Laras Widyaningrum, Jumat, 15 November 2019 | 10:36 WIB
Ilustrasi patah hati (halfbottle/Getty Images/iStockphoto)

Nationalgeographic.co.id – Ada alasan mengapa tubuh Anda merasa lelah dan tidak nyaman setelah putus cinta. Selain bagi mental, patah hati juga ternyata berdampak pada fisik Anda.

Sayangnya, menurut Ronald A. Alexander, psikoterapis sekaligus pengarang buku Wise Mind, Open Mind: Finding Purpose and Meaning in Times of Crisis, Loss, and Change, dampak ini jarang diperhatikan.

“Anda tidak sendiri jika setelah putus rasanya ingin berbaring seharian di kasur dan tidak berbicara dengan siapa pun,” kata Alexander.

“Patah hati bisa membuat seseorang merasa telah kehilangan kemudi dalam hidupnya. Menangis tersedu-sedu adalah hal yang biasa. Namun, perlu diingat, ada gejala fisiknya juga,” imbuhnya.

Baca Juga: Hindari Lima Kebiasaan Buruk Ini Jika Anda Tidak Ingin Stres

Berurusan dengan patah hati, setidaknya di tahap awal, sering menimbulkan kekacauan pada jadwal tidur Anda. Gangguan tidur seperti insomnia merupakan hal normal bagi seseorang yang baru melajang.

Stres akibat patah hati, di satu sisi, juga dapat menganggu proses biologis yang biasanya membantu Anda terlelap di malam hari.

“Ketika menderita patah hati, sangat sulit untuk menenangkan pikiran dan beristirahat,” tutur Alexander.

Kecemasan dan jantung berdebar sering berkaitan juga dengan patah hati. Alexander menjelaskan, penting untuk mengetahui bahwa kesedihan dan kehilangan dari putus cinta bisa mengganggu sistem saraf. Pada taraf ini, kemungkinan akan timbul perasaan hilang kendali.

Gejala serangan jantung

Dan pada beberapa kasus ekstrem, patah hati bisa memicu gejala seperti serangan jantung. Sindrom patah hati – atau Takotsubo cardiomyiopathy – pertama kali dideskripsikan oleh literatur kedokteran Jepang pada 1990-an. Sindrom ini menggambarkan situasi di mana tubuh mengalami gejala seperti serang jantung akibat stres patah hati – baik karena putus cinta atau meninggalnya pasangan.

Harmony Reynolds, ahli jantung dari New York University Langone Medical Center, mengatakan bahwa sindrom patah hati dapat didiagnosis pada 1-2% pasien yang datang ke rumah sakit dengan  keluhan gejala serangan jantung.