Dua Puskesmas Sangihe Sudah Memakai Rujukan Daring

By National Geographic Indonesia, Selasa, 19 November 2019 | 13:18 WIB
Helita Agustina, bidan asal lampung yang ditempatkan di Puskesmas Enemawira, Kecamatan Tabukan Utara, Kabupaten Kepulauan Sangihe melalui program Nusantara Sehat oleh Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (Josua Marunduh/National Geographic Indonesia)

Penulis: Yusuf Wahil

Nationalgeographic.co.id - Berada paling utara di Pulau Sulawesi, berbatasan langsung dengan Pulau Mindano, Filipina. Puskesmas Marore yang secara administrasi masuk ke wilayah Kabupaten Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara.

Sangihe memiliki 15 kecamatan dengan 17 puskesmas. Hanya Puskesmas Marore yang berkesempatan memiliki jaringan Wifi Nusantara dari BAKTI, sejak 2017.

Baca Juga: Akses Teknologi Demi Pendidikan dan Kesehatan di Natuna

Terdapat dua puskesmas yang memakai sistem rujukan daring, yaitu Puskesmas Tahuna Timur di Kelurahan Tona I dan Puskesmas Manganitu di Desa Mala. Keduanya belum memakai fasilitas Wifi Nusantara, melainkan masih memakai Wifi operator swasta.

Selain rujukan daring, semua puskesmas juga sudah memakai aplikasi Primary Care (PCare) dari BPJS. Namun, kendala yang dialami setiap puskesmas adalah saat pengimputan data dalam jaringan internet.

Nelda Riska Mansauda, Petugas Administrasi di Puskesmas Tona, Tahuna Timur, Kepulauan Sangihe. (Josua Marunduh/National Geographic Indonesia)

Walaupun sudah terdapat jaringan seluler dan wifi di Puskesmas Marore,  jaringan itu hanya bisa digunakan untuk telepon dan aplikasi pesan. Untuk rujukan daring, mereka memakai rujukan luring atau manual.

Kepala BPJS Kabupaten Kepualaun Sangihe, Reegen Polii, saat dikonfirmasi via telepon, mengatakan kendalanya pada jaringan internet yang susah diakses. "Kendalanya pada jaringan internet, kecepatan dan kemampuan jaringan di tiap puskesmas itu lambat, bahkan ada yang tidak bisa di akses."

Padahal, menurutnya, aplikasi milik BPJS itu sejatinya mudah dioperasikan. "Sebenarnya aplikasi itu ringan, bisa diakses menggunakan android, saat ini yang memakai  aplikasi PCare dan rujukan daring itu di Puskesmas Tona dan Puskesmas Manganitu," tambahnya.

Nelda Riska Mansauda, petugas administrasi di Puskesmas Tona,Tahuna Timur, sedang menginput data pasien. (Josua Marunduh/National Geographic Indonesia)

Di Puskesmas Tona, saya bertemu dengan petugas atau operator PCare dan rujukan daring, Nelda Riska Mansauda (27). Sebagai perawat yang bertugas menginput data pasien, ia kerap terkendala dengan jaringan internet untuk membuka aplikasi Pcare maupun saat membuat rujukan daring.

Jam kerjanya pun menjadi bertambah. Ia bekerja dari jam delapan pagi sampai dengan jam dua siang, namun kini bertambah hingga pukul empat sore, tergantung jumlah pasien yang masuk. Bahkan dia pun kadang membawa berkas pasien dan menginputnya di rumah menggunakan gawai cerdasnya. "Biasa torang bawa berkas pasien ke rumah, Kak, kalau banyak,” ujar Nelda. “Karena di kantor de pe jaringan lambat, lalod batunggu lama, di rumah pakai hape ba input sto, Kak," ujarnya.

Menurut Eda, dulunya jaringan di puskesmas sempat bagus setelah diperbaiki oleh petugas jaringan, namun tidak lama kembali lambat lagi bahkan kadang tidak bisa mengakses. Dia pun berharap agar jaringan segera diperbaiki, selain memudahkan kerjaannya dan juga pasien tidak berlama-lama menunggu di puskesmas maupun di rumah sakit.

Sebagai perawat yang bertugas untuk memasukkan data ke sistem, dirinya harus menunggu lama untuk proses penyimpanan data setiap pasien. Bahkan, ia bisa menginput data dari 25 sampai 80 pasien.

Baca Juga: Proyek Palapa Ring Telah Paripurna, Tiba Saatnya Kemerdekaan Jaringan Internet Kecepatan Tinggi

Di Puskesmas Enemawira, saya bertemu dengan Helita Agustina (24), bidan yang berasal dari Lampung yang sudah bekerja selama dua tahun di Enemawira dalam program Nusantara Sehat dari Kementerian Kesehatan. Kendala yang disampaikan juga sama, saat pengimputan data klaim BPJS, jaringan internet dan wifi sangat lambat.  "Jaringannya lalod sto Kak. Kadang torang pakai kuota data (sendiri) untuk input data klaim BPJS,"

Selain itu dia pun menceritakan kepada saya, kadang setelah satu bulan baru mereka memasukkan laporan ke BPJS. Helita berharap jaringan internet di Sangihe bisa lebih bagus lagi. Tujuannya, supaya memudahkan orang bekerja, khususnya bagi pegawai yang harus memakai koneksi internet seperti pengimputan data di puskesmas-puskesmas. Harapannya, para pasien tidak masuk dalam antrean panjang lagi.

"Saat orang pusat datang, jaringannya bagus. Kalau orang pusat pulang, jaringannya jelek lagi sto, Kak," ujar Helita dengan dialek Sangirnya.

Petugas Administrasi di Puskesmas Enamawira sedang melakukan penginpuntan data pasien rujukan secara online. (Josua Marunduh/National Geographic Indonesia)