Foto-foto Ini Ungkap Kehidupan Hikikomori yang Terisolasi di Jepang

By Gita Laras Widyaningrum, Rabu, 27 November 2019 | 14:49 WIB
Chujo, 24 tahun, telah menjadi hikikomori selama dua tahun. Ia memiliki impian menjadi penyanyi, tapi sebagai anak laki-laki tertua, keluarganya meminta Chujo untuk meneruskan bisnis. Karena kesal, ia menarik diri dari keluarganya dan akhirnya perasaan rendah diri meningkat. Chujo mengunci diri di kamar selama setahun sebelum orangtuanya memaksanya mengikuti program pemulihan. (Maika Elan)

"Awalnya, aku pikir mereka pemalas dan egois," ucap Elan. Namun, seiring berjalannya waktu dan mengenal mereka lebih jauh, Elan justru menyadari betapa bijaksana dan cerdasnya mereka. 

"Di luar sana, banyak orang yang bekerja mati-matian. Hikikomori, kebalikannya, membawa keseimbangan bagi Jepang," ungkapnya.

Setiap Sabtu, organisasi nonprofit, New Start, mengadakan perjamuan di mana para hikikomori dapat bersosialisasi. Banyak mantan hikikomori akhirnya bergabung dengan organisasi dan membantu mereka yang masih enggan keluar rumah. (Maika Elan)

Situasi ini bukan sesuatu yang unik di Jepang, meskipun termasuk masalah akut. Elan mengutip banyak alasan mengapa fenomena hikikomori terjadi, di antaranya: semakin banyak keluarga yang hanya memiliki satu putra dan para orangtua menaruh semua harapan dan impiannya kepada mereka, beberapa anak tidak memiliki panutan karena ayah mereka bekerja siang dan malam, sistem patriarki, serta beban tanggung jawab ekonomi sebagai kepala rumah tangga.

Baca Juga: Kasus Bunuh Diri di Kalangan Artis, Apa Faktor Pemicunya?  

Alasan lainnya mungkin karena pergeseran budaya di Jepang--dari masyarakat kolektif menjadi individualis. "Di Jepang, di mana keseragaman sangat dihargai, reputasi dan penampilan luar menjadi hal yang sangat penting. Bagi sebagian orang, pemberontakan hadir dalam bentuk kebisuan, seperti yang dilakukan hikikomori," paparnya. 

"Semakin lama hikikomori terpisah dari masyarakat, semakin mereka merasa gagal. Mereka akan kehilangan kepercayaan diri dan akhirnya semakin takut keluar dari rumah. Tinggal di dalam kamar akan membuat mereka merasa 'aman'," papar Elan.

Elan berencana ke depannya akan melanjutkan proyek ini dan melihat lebih jauh tentang hikikomori.