Berkolaborasi untuk Ekonomi Indonesia Jadi Lebih Baik

By National Geographic Indonesia, Senin, 2 Desember 2019 | 12:00 WIB
Jogja di malam hari. (Rahmad Azhar/National Geographic Indonesia)

Nationalgeographic.co.id - Dua belas tahun lalu ketika memulai usaha menjual bawang goreng, Berta Rinawati (48 tahun) tidak pernah membayangkan akan menjadi seperti hari ini. Ia memulai usaha dagang karena suaminya tidak bekerja lagi sebagai karyawan. Rina mencoba bangkit. Keadaan ini, tak disangka, memberi peluang kepada Rina untuk menjadi sumber utama penghasilan ekonomi keluarga.

Saya menjumpai perempuan itu di kediamannya yang bersahaja di kawasan Prawirodirjan, Gondomanan, Yogyakarta. Rina adalah salah seorang pengusaha UKM (Usaha Kecil Menengah) yang memasarkan produknya di Pojok Lokal yang ada di toko-toko kelontong jaringan SRC (Sampoerna Retail Community) di Jawa Tengah dan DIY.

Baca Juga: Pesta Toko Kelontong di Semarang

Awalnya, Rina memasok produknya ke puluhan warung-warung kecil di sekitar Yogyakarta. Namun, ia sering kecewa lantaran pembayaran warung seringkali lama—bahkan kadang ada yang tidak mau membayar. Bermodalkan semangat untuk terus maju, Rina akhirnya mencoba memasarkan produknya ke toko-toko kelontong yang merupakan jaringan SRC.

“Awalnya saya tidak percaya diri, karena produk saya kemasannya masih pakai plastik gula, seperti kurang bagus gitu kelihatannya”, ujarnya. Namun, akhirnya dia dipertemukan dengan Sukmawati (55 tahun), pemilik toko kelontong “ACDC” jaringan SRC di kawasan Jalan Kyai Mojo, Yogyakarta. Semenjak saat itu, dia mulai belajar dan diberi pendampingan.

Sejak memasarkan produknya di Pojok Lokal toko kelontong jaringan SRC, Rina mendapatkan wawasan baru tentang cara mengemas produk bawang goreng yang baik agar tahan lama, cara membuat nama merek (brand) yang mudah diingat serta cara membuat laporan keuangan yang sederhana. Hal yang paling membahagiakan dirasakan Rina selama satu tahun memasarkan produknya di Pojok Lokal SRC adalah semakin laris penjualan bawang gorengnya.

Sukmawati, pemilik toko kelontong “ACDC” jaringan SRC menerima produk bawang merah goreng dari pengusaha UKM, Rinawati. (Adzhahri Ahmad)

“Saya baru setahun ini mencoba memasarkan bawang goreng saya di Pojok Lokal di toko-toko kelontong SRC, tapi dampaknya sangat signifikan, penjualan produk saya tambah laris, pembayaran dari toko juga lancar. Alhamdulilah, saya bisa menyekolahkan anak sampai tingkat tinggi, memiliki dua motor dan saya juga sudah mengembalikan KMS (Kartu Menuju Sejahtera) agar diberikan kepada orang yang lebih membutuhkan daripada saya” ujarnya dengan bersemangat.

Saat ini, Rina sudah memasok produk bawang gorengnya yang bermerek “BURINA” ke empat toko kelontong jaringan SRC yang ada di Jawa Tengah, Jakarta, dan Surabaya. Melalui komunitas jaringan toko kelontong SRC, Rina dapat menyalurkan produknya ke semua jaringan toko kelontong SRC di seluruh Indonesia tanpa harus memikirkan ongkos kirim yang besar. Saat ini, SRC memiliki 120.000 jaringan toko kelontong di seluruh Indonesia.

Harga bawang goreng yang dijual juga tidak terlalu mahal hanya Rp28.000 per 110 gram. Dengan semakin meningkatnya penjualan produknya, Rina ingin memberdayakan para tetangganya, ibu-ibu rumah tangga yang tidak memiliki penghasilan.

“Selama ini kan, hanya saya dan suami saja yang kerja. Suami saya yang mengupas bawang, mengiris sampai menggoreng bawang merah tersebut, sehari bisa sampai 25 kilogram, sementara saya yang mengurus pemasaran karena suami menderita penyakit diabetes yang tidak memungkinkan dia untuk kesana kemari. Saya ingin mengajak beberapa tetangga saya untuk ikut membantu usaha ini, agar mereka juga bisa memiliki penghasilan seperti saya”, tambahnya.

Proses pengupasan bawang merah dilakukan di rumah Rinawati, pengusaha UKM (Adzhahri Ahmad)

Hal yang sama dialami oleh Andres Jamal Jardani (40 tahun) yang biasa dipanggil Jalal. Dia memutuskan berhenti menjadi supir truk bus lintas provinsi beberapa tahun lalu. Dia dan istrinya memutuskan untuk memulai usaha membuat stik bawang dan keripik pangsit. Dengan wawasan dan pengetahuan yang terbatas, Jalal mulai menjual produknya ke warung-warung. Beruntunglah akhirnya bertemu dengan Sukmawati, pemilik toko kelontong SRC yang memberikan banyak masukan dari mulai rasa sampai kemasannya.

“Ketika mencoba memasarkan produk ke Pojok Lokal toko kelontong SRC Sukma, saya diberikan masukan sampai berkali-kali, mulai dari rasanya yang kurang gurih, teksturnya terlalu keras, sampai kemasannya harus diperbaiki agar lebih bagus. Setelah melakukan uji coba beberapa kali, akhirnya rasa stik bawangnya sudah pas, teksturnya juga tidak terlalu keras dan kemasannya pun diganti dengan yang bisa dibuka dan ditutup kembali,” ujarnya.

Perubahan yang terjadi kemudian, cukup mengejutkan. Sebelum memasarkan produknya di Pojok Lokal, Pak Jalal menghabiskan tujuh kilogram tepung terigu per minggu sebagai bahan baku membuat stik bawang dan keripik pangsit. Namun, sekarang, seiring meningkatnya permintaan, dia bisa menghabiskan 50 kilogram tepung terigu per minggu. “Saya akan terus belajar untuk menambah varian produk saya sehingga bisa lebih berkembang lagi”, tambahnya.

Kepedulian SRC kepada pengusaha UKM merupakan sebuah komitmen yang terus dijalankan dengan kesadaran bahwa UKM adalah tulang punggung perekonomian Indonesia. Oleh karena itu di setiap toko kelontong jaringan SRC, selalu tersedia Pojok Lokal, tempat untuk menaruh dan memasarkan produk UKM warga yang tinggal di sekitar toko kelontong SRC. Kehadiran Pojok Lokal membantu pengusaha UKM yang selama ini kesulitan dalam memasarkan produknya karena tidak memiliki jaringan dan wawasan tentang kewirausahaan. Pengusaha UKM dan para pemilik toko kelontong diberikan wawasan serta pendampingan secara terus menerus agar bisa bersaing di era digital dan memiliki bisnis yang berkelanjutan.

Toko kelontong masa kini, SRC “Rukun” di kawasan Parangtritis terlihat rapi, bersih dan terang. (Adzhahri Ahmad)

Pemilik toko kelontong yang bergabung dengan SRC, diberikan program pembinaan agar berubah menjadi toko kelontong masa kini yang Rapi Bersih dan Terang (RBT). Sukmawati (55 tahun), salah seorang pemilik toko kelontong yang bergabung dengan komunitas SRC mengaku mendapatkan banyak manfaat, karena mendapatkan pendampingan terus menerus dari tim SRC di lapangan.

“Saya awalnya takut bergabung dengan SRC karena belum mengerti apa itu SRC. Ternyata, manfaatnya banyak sekali. Saya diajari bagaimana menata produk supaya terlihat lebih bagus di mata konsumen, lalu diajari untuk membuat toko saya menjadi lebih rapi, bersih dan terang”, ujar Sukma.

Perubahan demi perubahan dilakukannya setelah mendapatkan pengetahuan dan wawasan dari tim SRC di lapangan. Bahkan sudah ada aplikasi “Ayo SRC” yang memungkinkan Sukma untuk berkomunikasi dengan toko-toko kelontong jaringan SRC di seluruh Indonesia.

“Setelah bergabung dengan SRC, pendapatan toko kelontong saya meningkat signifikan, lebih banyak konsumen yang datang membeli ke toko saya karena nyaman, bersih dan rapi, bahkan saya menyediakan tempat untuk duduk minum kopi seduh,” tambahnya.

Saat ini Sukma aktif membantu pengusaha UKM yang ingin menaruh produknya di toko, dia memberi masukan tentang rasa dan kemasan produk-produk UKM agar menarik bagi konsumen.

Pojok Lokal, tempat yang disediakan di semua toko kelontong jaringan SRC untuk membantu pengusaha UKM memasarkan produknya. (Adzhahri Ahmad)

Senada dengan hal itu, Purwanto, pemilik toko kelontong SRC “Rukun” di daerah Parangtritis, mengaku sejak bergabung dengan SRC dia mampu memperbesar toko kelontongnya menjadi tiga kali lipat luasnya dari awal memulai usaha.

Sementara itu Isjarwanto, pemilik toko kelontong SRC ‘Queen” di daerah Gunung Kidul juga mengaku sejak bergabung dengan SRC, tokonya semakin bagus dan semakin banyak konsumen yang datang membeli. “Saya merasakan manfaat bergabung dengan SRC karena banyak sekali kegiatannya, ada gathering, ada pertemuan paguyuban dan lainnya. Seluruh anggota komunitas SRC sangat kompak dan memiliki satu visi bagaimana kita bisa bersama-sama maju sehingga semuanya saling membantu dan sangat guyub,” pungkasnya.

Sementara itu Henny Susanto, Head of Commercial Business Development Sampoerna, menyatakan, SRC merupakan program pembinaan untuk toko kelontong masa kini agar bisa berkembang dan memiliki daya saing tinggi.

Baca Juga: Pojok Lokal: Langkah Kecil Untuk Kesejahteraan

Berawal pada 2008, program SRC ini bertujuan untuk membekali toko-toko kelontong agar memiliki pengetahuan mengembangkan bisnis serta membantu para pengusaha UKM di sekitarnya. Melalui aplikasi “Ayo SRC”—yang menghubungkan konsumen, pemilik toko, dan mitra SRCtoko-toko kelontong dapat bersaing dengan toko retail lainnya di era digital.

Tak ketinggalan, Pojok Lokal, yang menjadi tempat pemasaran produk-produk UKM, bertujuan agar UKM Indonesia semakin maju dan berkembang sehingga dapat membantu roda perekonomian bangsa agar Indonesia #JadiLebihBaik.

Henny mengajak masyarakat Indonesia agar berbelanja di toko-toko kelontong dekat rumah, sehingga bisa ikut berpartisipasi dalam membantu perekonomian pengusaha UKM dan warga sekitar. Dengan berbelanja di toko kelontong dekat rumah, walaupun sedikit, tentu akan sangat membantu pengusaha UKM yang memasarkan produknya di toko kelontong SRC.

Harapannya, masyarakat pun ikut membantu perekonomian negara agar menjadi semakin kuat. Ayo, berbelanja di toko kelontong dekat rumah, karena makin #DekatMakinKuat, sehingga para pengusaha UKM dan Indonesia #JadiLebihBaik.

Penulis: Viliny Lesmana