Mengapa Hewan Laut Kerap Memakan Plastik?

By Gita Laras Widyaningrum, Rabu, 11 Desember 2019 | 18:33 WIB
Seekor penyu mati dengan ratusan potongan sampah plastik di perutnya. (Gumbo Limbo Nature Centre)

Nationalgeographic.co.id – Mengapa kita sering mendengar kabar tentang hewan laut yang memakan sarung tangan? Tali? Gelas plastik? Dan mengapa nasib hiu berakhir dengan 200 pounds sampah di perutnya?

Minggu lalu, seekor paus ditemukan mati terdampar di sebuah pantai di Skotlandia. Hasil nekropsi menunjukkan bahwa ada 220 pounds plastik dan sampah lain yang menyumbat sistem pencernaannya.

Tragedi ini kemudian menarik banyak perhatian. Pasalnya, semakin banyak ditemukan kasus hewan laut yang mati dengan perut penuh sampah. Meskipun masih belum jelas mengapa hal tersebut kerap terjadi, tapi kemungkinan karena meningkatnya konsumsi plastik di dunia.

Paus sperma yang ditemukan mati terdampar di Skotlandia. (SMASS)

Diketahui bahwa produksi plastik mengalami peningkatan signifikan. Pada 1950, kita hanya memproduksi 2,3 juta ton, tapi kini mencapai 448 juta ton. Diperkirakan itu masih akan meningkat dua kali lipat pada 2050.

Sebenarnya, memakan plastik tidak langsung menyebabkan kematian pada hewan laut. Seringnya, itu terjadi dengan lambat, merugikan spesies dengan cara diam-diam.

Mengapa hewan laut memakan plastik?

Menurut Matthew Sayoca, peneliti dari Hopkins Marine Station di Stanford University serta seorang National Geographic Explorer, para ilmuwan agak kesulitan menjawab hal ini.

“Kami tahu plastik ada di mana-mana. Sekitar 18 miliar darinya mengalir ke laut setiap tahun dan kami tahu bahwa hewan-hewan laut memakannya. Namun, menemukan alasan mengapa mereka bisa memakan sampah tersebut sangat sulit,” paparnya.

Beberapa pihak menyatakan bahwa hewan-hewan laut memakan plastik karena itu tersebar di sana dan mereka salah mengartikannya sebagai makanan. Namun, hal tersebut masih belum menjelaskan mengapa hanya beberapa jenis paus-seperti paus sperma, paus pilot, dan paus berparuh—yang berakhir mati dengan perut penuh plastik.

Sayoca mengatakan, alasan yang paling memungkinkan karena paus-paus tersebut hidup di kegelapan (1.600 kaki di bawah permukaan laut). Mereka menggunakan ekolokasi untuk memburu makanan—biasanya cumi-cumi. “Masuk akal jika mereka mengira sampah plastik sebagai makanan,” kata Sayoca.

Ilustrasi sampah plastik di laut (Magnus Larsson/Getty Images/iStockphoto)

Apakah paus lebih sering memakan plastik dibanding spesies lainnya?

Jawabannya tidak. Burung laut yang bersarang di lepas pantai Australia dan Selandia Baru cenderung memakan lebih banyak plastik mengingat proporsi massa tubuh mereka yang lebih kecil disbanding hewan laut lainnya.

Namun, kematian ikan paus menjadi lebih penting karena populasi mereka sangat sedikit. Sebagian besar paus mati di laut, tenggelam ke dasar laut, hingga terdampar di daratan.

Bagaimana plastik bisa melukai hewan-hewan laut?

Kebanyakan, bahaya yang ditimbulkan tidak langsung terlihat, melainkan mengendap dan kemudian menciptakan bahaya kronis seperti kelaparan atau kelesuan.

Paus harus muncul ke permukaan untuk bernapas. Artinya, perjalanan mencari makan di bawah laut sangat sensitif terhadap waktu.

“Katakanlah paus sperma bisa mendapat 30 potong makanan saat menyelam. Jika lima atau 10 diantaranya merupakan sampah, maka paus mendapat makanan yang lebih sedikit,” papar Sayoca.

Burung laut memakan sampah plastik. (unkas_photo/Getty Images/iStockphoto)

Kekurangan makanan ini, menurut Sayoca, akan membuat hewan kehilangan energi untuk melakukan hal yang mereka butuhkan seperti berkembang biak, migrasi, dan mencari mangsa.

Sampah plastik diketahui menjadi salah satu penyebab stress yang memengaruhi kehidupan laut selain perubahan iklim, penangkapan ikan berlebihan, dan polusi suara.

“Sangat memalukan karena hidup mereka cukup menantang, tapi kita menambah tekanan dengan mengubah lingkungan mereka,” pungkas Sayoca.