Penyortiran dilakukan untuk memisahkan botol-botol yang berbahan PET dari kontaminasi material lainnya agar dapat diolah lagi menjadi botol atau bottle to bottle. Botol yang tidak lolos sortir akan dijual ke pihak lain yang membutuhkan untuk didaur ulang menjadi tekstil, fiber, atau lainnya. Di sini juga akan dipisahkan botol berwarna bening dengan botol berwarna biru muda.
Baca Juga: Mikroplastik Dalam Tanah Dapat Merusak Kehidupan Cacing Tanah
Selesai disortir botol-botol akan digiling dalam mesin pencacah menjadi plastik cacahan atau flakes sambil dicuci dengan air mengalir, lalu dibilas dan dikeringkan, kemudian dikemas dalam karung. Menurut Jasmine dalam sehari Roy Pet dapat memproduksi 10 ton flakes dari 11 ton botol yang sudah disortir.
Flakes ini kemudian dikirim ke Namasindo Plas untuk diolah menjadi resin dan botol preform. “Proses pertama ada washing, lalu drying, separator untuk mengurangi kontaminasi, tatake untuk mengutangi kontaminasi akhir, lalu ada metal separator untuk memastikan tidak ada kontaminasi logam berat dan lain sebagainya,” ujar Santi Suryati, Corporate Quality Assurance PT Namasindoplas.
“Proses kedua adalah pembuatan pallete, resin ini belum bisa untuk menjadi bottle to bottle belum cukup,” tambah Santi. Tahap terakhir untuk pembuatan resin yang dapat dibuat menjadi bottle to bottle adalah pembuatan SSP (Solid State Polycondensation) untuk pemurnian akhir.
Baca Juga: Mengapa Hewan Laut Kerap Memakan Plastik?
SSP ini nanti akan diproses lagi untuk menjadi botol preform. “Kami mengirimkan dua tipe yaitu recycled PET dan botol preform ini ke Danone, karena mereka mempunyai alat pengolahan botol sendiri” ujar Santi lagi.
Saat ini semua botol AQUA telah mengandung hingga 25 persen plastik daur ulang. “Nanti tahun 2025 kita berkomitmen untuk meningkatkan kandungan material daur ulang di seluruh portfolio botol kita menjadi 50 persen,” ucap Ratih.